Di bawah adalah tulisan Kwik Kian Gie yang menyatakan Subsidi BBM adalah bohong. Jika kita teliti, itu memang benar.
Sesungguhnya biaya produksi minyak dari menggali minyak, kilang, hingga distribusi ke Pom Bensin menurut KKG adalah US$ 10/brl. Ada baiknya kita naikan saja jadi US$ 15/brl untuk memberi keuntungan bagi pendukung Neoliberalisme yang mengatakan Subsidi BBM itu ada. Itu sudah termasuk keuntungan yang cukup besar bagi para operator dan distributor.
Buat yang ragu angkanya bisa lihat data komponen biaya dari website pemerintah AS:
http://www.eia.gov/petroleum/gasdiesel
Di situ dijelaskan biaya minyak mentah 72% dari harga jual, pengilangan 12%, Distribusi dan Pemasaran 5%, Pajak 11%.
Taruhlah rate 1 US$ = Rp 10.000 dan 1 barrel = 159 liter.
Jika harga minyak Rp 4.500/liter, artinya Rp 715.500/brl atau US$ 71/brl.Sesungguhnya biaya produksi minyak dari menggali minyak, kilang, hingga distribusi ke Pom Bensin menurut KKG adalah US$ 10/brl. Ada baiknya kita naikan saja jadi US$ 15/brl untuk memberi keuntungan bagi pendukung Neoliberalisme yang mengatakan Subsidi BBM itu ada. Itu sudah termasuk keuntungan yang cukup besar bagi para operator dan distributor.
Buat yang ragu angkanya bisa lihat data komponen biaya dari website pemerintah AS:
http://www.eia.gov/petroleum/gasdiesel
Di situ dijelaskan biaya minyak mentah 72% dari harga jual, pengilangan 12%, Distribusi dan Pemasaran 5%, Pajak 11%.
Taruhlah rate 1 US$ = Rp 10.000 dan 1 barrel = 159 liter.
Jadi dengan biaya produksi hanya US$ 15/brl dan harga jual US$ 71/brl, sebetulnya pemerintah untung US$ 56/brl. Bayangkan jika produksi BBM kita 1 tahun 350 juta barel. Pemerintah untung US$ 19,6 milyar atau Rp 196 trilyun/tahun.
Itu kalau pakai harga “Subsidi” Rp 4.500/liter. Kalau pakai harga Pertamax yang Rp 9000/liter, pemerintah untung Rp 392 trilyun/tahun.
Tapi bagaimana dengan harga minyak dunia yang misalnya US$ 120/brl? Bukankah kita rugi US$ 79/brl?
Benar kalau kita adalah negara bukan penghasil minyak seperti Singapura atau Jepang yang harus beli minyak dari negara lain.
Tapi Indonesia memproduksi sendiri minyaknya sebesar 907 ribu barel/hari. Bahkan mungkin lebih jika tidak dikadali perusahaan minyak asing yang mengelola 90% minyak kita. Sementara kebutuhan BBM "Subsidi" itu hanya 723 ribu bph (42 juta kilo liter/tahun). Jadi masih untunglah pemerintah. Mau harga minyak dunia naik sampai US$ 200/brl pun sebetulnya biaya produksi minyak di Indonesia tidak akan berubah. Paling banter cuma US$ 15/brl.
Cuma ya itu beda pemikiran ekonom kerakyatan atau Islam dibanding ekonom Neoliberal yang berpihak pada perusahaan-perusahaan minyak asing. Meski untung, mereka tetap bilang rugi.
Padahal minyak itu adalah milik bersama rakyat Indonesia. Bukan milik perusahaan minyak atau pemerintah Indonesia. Jadi tak pantas dijual dengan harga "Internasional".
Silahkan baca juga:
http://infoindonesia.wordpress.com/category/bbm/kenaikan-harga-bbm-bbm/
Apakah benar begitu ? Kita ikuti percakapan antara Djadjang dan Mamad. Djadjang (Dj) seorang anak jalanan yang logikanya kuat dan banyak baca. Mamad (M) seorang Doktor yang pandai menghafal. Dj : Mad, apa benar sih pemerintah mengeluarkan uang tunai yang lebih besar dari harga jualnya untuk setiap liter bensin premium ? M : Benar, Presiden SBY pernah mengatakan bahwa semakin tinggi harga minyak mentah di pasar internasional, semakin besar uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengadakan bensin. Indopos tanggal 3 Juli 2008 mengutip SBY yang berbunyi : “Jika harga minyak USD 150 per barrel, subsidi BBM dan listrik yang harus ditanggung APBN Rp. 320 trilyun. Kalau USD 160, gila lagi. Kita akan keluarkan (subsidi) Rp. 254 trilyun hanya untuk BBM.” Dj : Jadi apa benar bahwa untuk mengadakan 1 liter bensin premium pemerintah mengeluarkan uang lebih dari Rp. 4.500 ? Kamu kan doktor Mad, tolong jelaskan perhitungannya bagaimana ? M : Gampang sekali, dengarkan baik-baik. Untuk mempermudah perhitungan buat kamu yang bukan orang sekolahan, kita anggap saja 1 USD = Rp. 10.000 dan harga minyak mentah USD 80 per barrel. Biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin = USD 10 per barrel. 1 barrel = 159 liter. Jadi agar minyak mentah dari perut bumi bisa dijual sebagai bensin premium per liternya dikeluarkan uang sebesar (USD 10 : 159) x Rp. 10.000 = Rp. 628,93 – kita bulatkan menjadi Rp. 630 per liter. Harga minyak mentah USD 80 per barrel. Kalau dijadikan satu liter dalam rupiah, hitungannya adalah : (80 x 10.000) : 159 = Rp. 5.031,45. Kita bulatkan menjadi Rp. 5.000. Maka jumlah seluruhnya kan Rp. 5.000 ditambah Rp. 630 = Rp. 5.630 ? Dijual Rp. 4.500. Jadi rugi sebesar Rp. 1.130 per liter (Rp. 5.630 – Rp. 4.500). Kerugian ini yang harus ditutup oleh pemerintah dengan uang tunai, dan dinamakan subsidi. Dj : Hitung-hitunganmu aku ngerti, karena pernah diajari ketika di SD dan diulang-ulang terus di SMP dan SMA. Tapi yang aku tak paham mengapa kau menghargai minyak mentah yang milik kita sendiri dengan harga minyak yang ditentukan oleh orang lain ? M : Lalu, harus dihargai dengan harga berapa ? Dj : Sekarang ini, minyak mentahnya kan sudah dihargai dengan harga jual dikurangi dengan harga pokok tunai ? Hitungannya Rp. 4.500 – Rp. 630 = Rp. 3.870 per liter ? Kenapa pemerintah dan kamu tidak terima ? Kenapa harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga yang Rp. 5.000 ? M : Kan tadi sudah dijelaskan bahwa harga minyak mentah di pasar dunia USD 80 per barrel. Kalau dijadikan rupiah dengan kurs 1 USD = Rp. 10.000 jatuhnya kan Rp. 5.000 (setelah dibulatkan ke bawah). Dj : Kenapa kok harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga di pasar dunia ? M : Karena undang-undangnya mengatakan demikian. Baca UU no. 22 tahun 2001 pasal 28 ayat 2. Bunyinya : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.” Nah, persaingan usaha dalam bentuk permintaan dan penawaran yang dicatat dan dipadukan dengan rapi di mana lagi kalau tidak di New York Mercantile Exchange atau disingkat NYMEX ? Jadi harga yang ditentukan di sanalah yang harus dipakai untuk harga minyak mentah dalam menghitung harga pokok. Dj : Paham Mad. Tapi itu akal-akalannya korporat asing yang ikut membuat Undang-Undang no. 22 tahun 2001 tersebut. Mengapa bangsa Idonesia yang mempunyai minyak di bawah perut buminya diharuskan membayar harga yang ditentukan oleh NYMEX ? Itulah sebabnya Mahkamah Konstitusi menyatakannya bertentangan dengan konstitusi kita. Putusannya bernomor 002/PUU-I/2003 yang berbunyi : “Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.” M : Kan sudah disikapi dengan sebuah Peraturan Pemerintah (PP) ? Dj : Memang, tapi PP-nya yang nomor 36 tahun 2004, pasal 27 ayat (1) masih berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi, keuali Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil, DISERAHKAN PADA MEKANISME PERSAINGAN USAHA YANG WAJAR, SEHAT DAN TRANSPARAN”. Maka sampai sekarang istilah “subsidi” masih dipakai terus, karena yang diacu adalah harga yang ditentukan oleh NYMEX. M : Jadi kalau begitu kebijakan yang dinamakan “menghapus subsidi” itu bertentangan dengan UUD kita ? Dj : Betul. Apalagi masih saja dikatakan bahwa subsidi sama dengan uang tunai yang dikeluarkan. Ini bukan hanya melanggar konstitusi, tetapi menyesatkan. Uang tunai yang dikeluarkan untuk minyak mentah tidak ada, karena milik bangsa Indonesia yang terdapat di bawah perut bumi wilayah Republik Indonesia. Menurut saya jiwa UU no. 22/2001 memaksa bangsa Indonesia terbiasa membayar bensin dengan harga internasional. Kalau sudah begitu, perusahaan asing bisa buka pompa bensin dan dapat untung dari konsumen bensin Indonesia. Maka kita sudah mulai melihat Shell, Petronas, Chevron. M : Kembali pada harga, kalau tidak ditentukan oleh NYMEX apakah mesti gratis, sehingga yang harus diganti oleh konsumen hanya biaya-biaya tunainya saja yang Rp. 630 per liternya ? Dj : Tidak. Tidak pernah pemerintah memberlakukan itu dan penyusun pasal 33 UUD kita juga tidak pernah berpikir begitu. Sebelum terbitnya UU nomor 22 tahun 2001 tentang Migas, pemerintah menentukan harga atas dasar kepatutan, daya beli masyarakat dan nilai strategisnya. Sikap dan kebijakan seperti ini yang dianggap sebagai perwujudan dari pasal 33 UUD 1945 yang antara lain berbunyi : ”Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” Dengan harga Rp. 2.700 untuk premium, harga minyak mentahnya kan tidak dihargai nol, tetapi Rp. 2.070 per liter (Rp. 2.700 – Rp. 630). Tapi pemerintah tidak terima. Harus disamakan dengan harga NYMEX yang ketika itu USD 60, atau sama dengan Rp. 600.000 per barrel-nya atau Rp. 3.774 (Rp. 600.000 : 159) per liternya. Maka ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 menjadi Rp. 4.404 yang lantas dibulatkan menjadi Rp. 4.500. Karena sekarang harga sudah naik lagi menjadi USD 80 per barrel pemerintah tidak terima lagi, karena maunya yang menentukan harga adalah NYMEX, bukan bangsa sendiri. Dalam benaknya, pemerintah maunya dinaikkan sampai ekivalen dengan harga minyak mentah USD 80 per barrel, sehingga harga bensin premium menjadi sekitar Rp. 5.660, yaitu: Harga minyak mentah : USD 80 x 10.000 = Rp. 800.000 per barrel. Per liternya Rp. 800.000 : 159 = Rp. 5.031, ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 = Rp. 5.660 Karena tidak berani, konsumen dipaksa membeli Pertamax yang komponen harga minyak mentahnya sudah sama dengan NYMEX. M : Kalau begitu pemerintah kan kelebihan uang tunai banyak sekali, dikurangi dengan yang harus dipakai untuk mengimpor, karena konsumsi sudah lebih besar dibandingkan dengan produksi. Dj : Memang, tapi rasanya toh masih kelebihan uang tunai yang tidak jelas ke mana perginya. Kaulah Mad yang harus meneliti supaya diangkat menjadi Profesor.
Cuma ya itu beda pemikiran ekonom kerakyatan atau Islam dibanding ekonom Neoliberal yang berpihak pada perusahaan-perusahaan minyak asing. Meski untung, mereka tetap bilang rugi.
Padahal minyak itu adalah milik bersama rakyat Indonesia. Bukan milik perusahaan minyak atau pemerintah Indonesia. Jadi tak pantas dijual dengan harga "Internasional".
Simulasi Harga Minyak dalam bentuk XLS bisa didownload di sini:
Kita akan tahu bahwa meski harga minyak dunia US$ 200/brl, Indonesia tetap untung dgn harga Rp 4500/ltr atau US$ 71 brl mengingat biaya produksi hanya US$ 15/brl.
Lihat perbandingan beda pandangan antara pemahaman untung/rugi penjualan minyak antara pemikiran Ekonom Islam/Rakyat dengan Ekonom Neoliberal yang dipengaruhi Yahudi.
Di zaman Nabi ada Yahudi yang menjual air dengan harga tinggi kepada rakyat. Harap diketahui, hingga sekarang harga air di Arab Saudi lebih mahal daripada harga minyak karena air di sana sangat langka. Namun setelah dibeli ummat Islam sumur airnya, Nabi membagikannya gratis kepada rakyat. Ini karena rakyat harus bisa mendapatkan kebutuhan hidupnya dengan mudah.
Perbandingan di bawah dengan asumsi:
1 barel = 159 liter
1 US$ = Rp 10.000
Produksi minyak Indonesia = 907 ribu bph
Kebutuhan BBM "Subsidi" dgn harga Rp 4500/ltr (US$ 71/brl) = 740 ribu bph
Total biaya produksi minyak Indonesia = US$ 15/brl
HARGA MINYAK DUNIA (US$/BRL)
| ||||
Persepsi Untung/Rugi |
60
|
120
|
200
|
400
|
Ekonom Islam/Rakyat |
56
|
56
|
56
|
56
|
Ekonom Neoliberal |
11
|
-49
|
-129
|
-329
|
Orang awam memandang saat biaya produksi minyak US$ 15/brl dan dijual seharga Rp 4500/ltr (US$ 71/brl) sebagai untung sebesar US$ 56/brl.
Namun kaum Neolib memandangnya rugi sebesar US$ 49/brl saat harga minyak Dunia naik jadi US$ 120/brl. Saat minyak dunia naik jadi US$ 400/brl juga dianggap rugi sebesar US$ 329/brl padahal sebenarnya tetap untung.
Anggito Abimanyu, salah satu fundamentalis neo-liberal Indonesia yang selalu bersikeras menaikkan harga BBM dengan alasan "mengurangi beban subsidi BBM", mengakui bahwa selama ini tidak pernah ada subsidi dalam BBM. "Masih ada surplus penerimaan BBM dibanding biaya yang dikeluarkan," katanya dalam acara talkshow di TVOne hari Senin (13/03/2012), terkait rencana kenaikan harga BBM akibat kenaikan harga BBM dunia. Anggito menjadi salah satu narasumber bersama Kwik Kian Gie dan Wamen ESDM. Mungkin Anggito tidak akan pernah memberikan pengakuan seperti itu kalau saja tidak karena ada Kwik Kian Gie yang telah lama menyampaikan pendapatnya bahwa isu "subsidi" adalah pembohongan publik, dan pendapat itu diulangi lagi dalam acaratalkshow tersebut di atas. http://muslimdaily.net/opini/opini-17/anggito-abimanyu-selama-ini-tidak-pernah-ada-subsidi-bbm.html Jika pun "benar" Pemerintah rugi, bisa jadi Pertamina dipaksa membeli minyak Indonesia yang 90% dikelola oleh perusahaan2 minyak AS seperti Chevron dan Exxon dengan harga New York. Jika begitu, solusinya adalah di Nasionalisasi. Cina dan Norwegia mengelola minyak mereka dengan BUMN mereka. Arab Saudi, Iran, dan Venezuela juga sudah menasionalisasi perusahaan minyak asing yang dulu memonopoli minyak mereka. Sekarang mereka makmur karena penerimaannya bertambah karena tidak dibohongi oleh perusahaan2 minyak asing. http://infoindonesia.wordpress.com/2009/06/30/selama-kekayaan-alam-dirampok-asing-indonesia-akan-terus-miskin/ Selama 90% kekayaan alam kita dikuasai asing, selama itu pula Indonesia melarat. Harga minyak naik, bukannya untung malah rugi karena ceritanya "Subsidi" bertambah berat. Harga minyak turun juga "Mengeluh" karena penerimaan berkurang. Tidak pernah bersyukur makanya kena siksa Allah terus. "Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." [Ibrahim 7] Satu wujud syukur kita dengan kekayaan alam kita adalah dengan mengelolanya sendiri sehingga bisa menikmati seluruh hasilnya. Bukan justru mengabaikannya dan menyerahkannya ke pihak asing sehingga akhirnya asinglah yang menikmati hasilnya sementara rakyat Indonesia jadi miskin dan melarat.
Angka yang diajukan KKG sebetulnya sangat masuk akal. Apalagi menurut Lembaga Statistika Energi AS (Energy Information Administration), 42 galon minyak mentah setelah dikilang akan menghasilkan 45 galon (6% lebih banyak) seperti Bensin, Diesel, dan Avtuur yang harganya sangat mahal. Jadi kalau pemerintah bilang rugi...rugi...rugi.. itu cuma bohong belaka.
Referensi:
Pertamina: konsumsi BBM "Subsidi" tahun 2011 sebesar 41,69 kilo liter
BP Migas: Produksi minyak Indonesia 920 ribu bph:
Silahkan baca juga:
http://infoindonesia.wordpress.com/category/bbm/kenaikan-harga-bbm-bbm/
Ayo Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing!
Daftar Negara yang Nasionalisasi Perusahaan Minyak AsingSelama Kekayaan Alam Dirampok Asing Indonesia Akan Terus Miskin
BBM DISUBSIDI ADALAH OMONG KOSONG
Percakapan antara Djadjang dan Mamad
Oleh Kwik Kian Gie
Pemerintah berencana tidak membolehkan kendaraan berpelat hitam membeli bensin premium, karena harga Rp. 4.500 per liter jauh di bawah harga pokok pengadaannya. Maka pemerintah rugi besar yang memberatkan APBN.
Apakah benar begitu ? Kita ikuti percakapan antara Djadjang dan Mamad. Djadjang (Dj) seorang anak jalanan yang logikanya kuat dan banyak baca. Mamad (M) seorang Doktor yang pandai menghafal. Dj : Mad, apa benar sih pemerintah mengeluarkan uang tunai yang lebih besar dari harga jualnya untuk setiap liter bensin premium ? M : Benar, Presiden SBY pernah mengatakan bahwa semakin tinggi harga minyak mentah di pasar internasional, semakin besar uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengadakan bensin. Indopos tanggal 3 Juli 2008 mengutip SBY yang berbunyi : “Jika harga minyak USD 150 per barrel, subsidi BBM dan listrik yang harus ditanggung APBN Rp. 320 trilyun. Kalau USD 160, gila lagi. Kita akan keluarkan (subsidi) Rp. 254 trilyun hanya untuk BBM.” Dj : Jadi apa benar bahwa untuk mengadakan 1 liter bensin premium pemerintah mengeluarkan uang lebih dari Rp. 4.500 ? Kamu kan doktor Mad, tolong jelaskan perhitungannya bagaimana ? M : Gampang sekali, dengarkan baik-baik. Untuk mempermudah perhitungan buat kamu yang bukan orang sekolahan, kita anggap saja 1 USD = Rp. 10.000 dan harga minyak mentah USD 80 per barrel. Biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin = USD 10 per barrel. 1 barrel = 159 liter. Jadi agar minyak mentah dari perut bumi bisa dijual sebagai bensin premium per liternya dikeluarkan uang sebesar (USD 10 : 159) x Rp. 10.000 = Rp. 628,93 – kita bulatkan menjadi Rp. 630 per liter. Harga minyak mentah USD 80 per barrel. Kalau dijadikan satu liter dalam rupiah, hitungannya adalah : (80 x 10.000) : 159 = Rp. 5.031,45. Kita bulatkan menjadi Rp. 5.000. Maka jumlah seluruhnya kan Rp. 5.000 ditambah Rp. 630 = Rp. 5.630 ? Dijual Rp. 4.500. Jadi rugi sebesar Rp. 1.130 per liter (Rp. 5.630 – Rp. 4.500). Kerugian ini yang harus ditutup oleh pemerintah dengan uang tunai, dan dinamakan subsidi. Dj : Hitung-hitunganmu aku ngerti, karena pernah diajari ketika di SD dan diulang-ulang terus di SMP dan SMA. Tapi yang aku tak paham mengapa kau menghargai minyak mentah yang milik kita sendiri dengan harga minyak yang ditentukan oleh orang lain ? M : Lalu, harus dihargai dengan harga berapa ? Dj : Sekarang ini, minyak mentahnya kan sudah dihargai dengan harga jual dikurangi dengan harga pokok tunai ? Hitungannya Rp. 4.500 – Rp. 630 = Rp. 3.870 per liter ? Kenapa pemerintah dan kamu tidak terima ? Kenapa harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga yang Rp. 5.000 ? M : Kan tadi sudah dijelaskan bahwa harga minyak mentah di pasar dunia USD 80 per barrel. Kalau dijadikan rupiah dengan kurs 1 USD = Rp. 10.000 jatuhnya kan Rp. 5.000 (setelah dibulatkan ke bawah). Dj : Kenapa kok harga minyak mentahnya mesti dihargai dengan harga di pasar dunia ? M : Karena undang-undangnya mengatakan demikian. Baca UU no. 22 tahun 2001 pasal 28 ayat 2. Bunyinya : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.” Nah, persaingan usaha dalam bentuk permintaan dan penawaran yang dicatat dan dipadukan dengan rapi di mana lagi kalau tidak di New York Mercantile Exchange atau disingkat NYMEX ? Jadi harga yang ditentukan di sanalah yang harus dipakai untuk harga minyak mentah dalam menghitung harga pokok. Dj : Paham Mad. Tapi itu akal-akalannya korporat asing yang ikut membuat Undang-Undang no. 22 tahun 2001 tersebut. Mengapa bangsa Idonesia yang mempunyai minyak di bawah perut buminya diharuskan membayar harga yang ditentukan oleh NYMEX ? Itulah sebabnya Mahkamah Konstitusi menyatakannya bertentangan dengan konstitusi kita. Putusannya bernomor 002/PUU-I/2003 yang berbunyi : “Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.” M : Kan sudah disikapi dengan sebuah Peraturan Pemerintah (PP) ? Dj : Memang, tapi PP-nya yang nomor 36 tahun 2004, pasal 27 ayat (1) masih berbunyi : “Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi, keuali Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil, DISERAHKAN PADA MEKANISME PERSAINGAN USAHA YANG WAJAR, SEHAT DAN TRANSPARAN”. Maka sampai sekarang istilah “subsidi” masih dipakai terus, karena yang diacu adalah harga yang ditentukan oleh NYMEX. M : Jadi kalau begitu kebijakan yang dinamakan “menghapus subsidi” itu bertentangan dengan UUD kita ? Dj : Betul. Apalagi masih saja dikatakan bahwa subsidi sama dengan uang tunai yang dikeluarkan. Ini bukan hanya melanggar konstitusi, tetapi menyesatkan. Uang tunai yang dikeluarkan untuk minyak mentah tidak ada, karena milik bangsa Indonesia yang terdapat di bawah perut bumi wilayah Republik Indonesia. Menurut saya jiwa UU no. 22/2001 memaksa bangsa Indonesia terbiasa membayar bensin dengan harga internasional. Kalau sudah begitu, perusahaan asing bisa buka pompa bensin dan dapat untung dari konsumen bensin Indonesia. Maka kita sudah mulai melihat Shell, Petronas, Chevron. M : Kembali pada harga, kalau tidak ditentukan oleh NYMEX apakah mesti gratis, sehingga yang harus diganti oleh konsumen hanya biaya-biaya tunainya saja yang Rp. 630 per liternya ? Dj : Tidak. Tidak pernah pemerintah memberlakukan itu dan penyusun pasal 33 UUD kita juga tidak pernah berpikir begitu. Sebelum terbitnya UU nomor 22 tahun 2001 tentang Migas, pemerintah menentukan harga atas dasar kepatutan, daya beli masyarakat dan nilai strategisnya. Sikap dan kebijakan seperti ini yang dianggap sebagai perwujudan dari pasal 33 UUD 1945 yang antara lain berbunyi : ”Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” Dengan harga Rp. 2.700 untuk premium, harga minyak mentahnya kan tidak dihargai nol, tetapi Rp. 2.070 per liter (Rp. 2.700 – Rp. 630). Tapi pemerintah tidak terima. Harus disamakan dengan harga NYMEX yang ketika itu USD 60, atau sama dengan Rp. 600.000 per barrel-nya atau Rp. 3.774 (Rp. 600.000 : 159) per liternya. Maka ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 menjadi Rp. 4.404 yang lantas dibulatkan menjadi Rp. 4.500. Karena sekarang harga sudah naik lagi menjadi USD 80 per barrel pemerintah tidak terima lagi, karena maunya yang menentukan harga adalah NYMEX, bukan bangsa sendiri. Dalam benaknya, pemerintah maunya dinaikkan sampai ekivalen dengan harga minyak mentah USD 80 per barrel, sehingga harga bensin premium menjadi sekitar Rp. 5.660, yaitu: Harga minyak mentah : USD 80 x 10.000 = Rp. 800.000 per barrel. Per liternya Rp. 800.000 : 159 = Rp. 5.031, ditambah dengan biaya-biaya tunai sebesar Rp. 630 = Rp. 5.660 Karena tidak berani, konsumen dipaksa membeli Pertamax yang komponen harga minyak mentahnya sudah sama dengan NYMEX. M : Kalau begitu pemerintah kan kelebihan uang tunai banyak sekali, dikurangi dengan yang harus dipakai untuk mengimpor, karena konsumsi sudah lebih besar dibandingkan dengan produksi. Dj : Memang, tapi rasanya toh masih kelebihan uang tunai yang tidak jelas ke mana perginya. Kaulah Mad yang harus meneliti supaya diangkat menjadi Profesor.
[...] about oil prices (khususnya buat kita-kita yang bukan orang ekonomi atau politik), ‘KKG:Subsidi BBM itu Bohong‘ . A contra opinion against KKG said, ‘without raising fuel price, subsidi pemerintah [...]
BalasHapusYap... Setuju pak Kwik.... !!!
BalasHapusPerhitungan pak kwik tersebut betul, itu bila Rakyat Indonesia yg mempumyai negara ini. Ekonom2 Indonesia sudah di racuni otaknya di Harvard dan dikirim ke negaranya kembali untuk mengekspolitasi tanah tumpah darahnya sendiri, untuk itu diberikan kpd mereka sejumlah penghargaan oleh Pemerintah yg menganut paham NEOLIB.
Paham NEOLIB sudah memasuki semua cabang2 ilmu pengetahuan, yang tujuannya tidak lain adalah untuk mengekspolitasi semua SDA dan SDM, dan ini merupakan gambaran kerakusan dan ketamakan mereka.
Kerakusan dan ketamakan mereka banyak melahirkan malapetaka, mulai dari pemanasan global karena ekspolitasi bumi yg terlalu berlebihan, berakhir dengan pembunuhan massal dengan legitimasi PBB mulaii dari perang Afghanistan sampai dengan krisis di Suriah, semua krisis tersebut memakai jubah demokrasi dan mengatas-namakan hak azazi manusia untuk ikut terjun secara langsung ke negeri2 tersebut.
Pada hal, tujuan sebenarnya adalah demi penguasaan SDA semata.
Taktik dan Strategi yg mereka lakukan adalah dengan merekrut anak2 bangsa yg terbaik sedini mungkin, mulai dalam bentuk pemberian Beasiswa yg disponsori oleh negara2 penganut paham NEOLIB sampai dengan pembiayaan yg sukarela karena pengaruh promosi dari negara2 tersebut.
Fakta yg ada, negara2 NEOLIB baik AMERIKA maupun EROPA sudah dilanda krisis ekonomi yg berkepanjangan. Artinya, ahli yang mereka miliki-pun tidak mampu untuk mengatasi krisis tersebut.
Ironinya, sampai sekarang Pemimpin Negeri Kita masih saja tetap berkiblat kpd mereka.
Bagi Saya, tidak ada yg mengherankan di Negeri ini Pak Kwik. Rakyat yg goblok tetap akan memilih Pemimpin yg goblok pula. Tugas Kaum yg tercerahkan-lah yg akan mampu untuk melahirkan Pemimpin yg bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakatnya.
Abu Bakar Siddiq berkata kepada yg memilihnya "Bila Aku benar, maka turutilah Aku. Bila Aku salah/keliru, maka tunjuki-lah Aku".
Semua penganut ajaran Muhammad SAW. sudah tahu, Pak Kwik kasih tahu mereka atau tidak dikasih tahu, itu akan tetap sama saja bagi mereka, karena hati dan pikiran mereka sudah tuli dan buta (Summum Bukhmum). Bagi Pemimpin yg masih mempunyai hati, Ia pasti akan berkata "Aku dengar, Aku pelajari dan jika itu baik untuk masyarakat yg Aku pimpin, maka akan Aku laksanakan".
Tugas Pak Kwik, hanya mencerahkan. Sebagai tanggung jawab kaum intelektual Pak Kwik telah menyediakan waktu membuat tulisan di atas untuk memaparkan fakta yg ada sesuai dengan keilmuan dan pengalaman yg Pak Kwik miliki.
Sebagai orang muda, Saya mengucapkan terimakasih banyak.......
SELAMAT BERJUANG LEWAT TULISAN PAK KWIK............
Ijin berbagi info tentang propaganda kebohongan teori peak oil
BalasHapusSejumlah pakar mengatakan bahwa minyak sebenarnya bukan bahan bakar fosil. Teori bahwa minyak bumi berasal dari sisa fosil biologis zaman dahulu adalah sebuah kebohongan besar dari Illuminati (yang memang sejak awal menguasai bisnis minyak, media, dan institusi pendidikan). Illuminati ingin menggunakan propaganda Peak Oil untuk menaikkan harga minyak dan mengeksekusi rencana depopulasi dunia mereka…
Teori Peak Oil adalah kebohongan masif yang dirancang untuk menciptakan kelangkaan buatan demi mendongkrak harga, juga memberikan negara sebuah alasan untuk mengorbankan standar hidup yang telah kita perjuangkan dengan susah payah. Publisitas menciptakan CFR dan Club of Rome strategy manual sejak 30 tahun lalu mengatakan bahwa pemerintah global perlu mengontrol populasi dunia melalui neo-feodalisme dengan menciptakan kelangkaan buatan.
untuk bahasan selanjutnya silahkan klik link artikelnya dibawah ini
=>http://sinarilahdunia.wordpress.com/2012/03/13/propaganda-peak-oil-ternyata-minyak-bumi-bukan-berasal-dari-fosil/
1 Fluid barrel = 119.240471 liter
BalasHapusTeori Menarik!! Mari dicermati "Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
BalasHapusKemudian jika saya ikuti teori dari Kwik Kian Gie, maka yang akan saya lakukan menurunkan harga minyak ke level 4000. Apa yang akan terjadi?
Rakyat akan senang gembira dan mengkonsumsi lebih banyak lagi BBM sehingga :
tahun ke 1 jumlah produksi dalam negri dgn jumlah impor equivalent. Oh, sesuai teori kwik maka jika tetap dijual 4.000 pun masih untung. Okelah, dibiarkan saja. Dilain pihak Kartel/ Mafia mulai menyiapkan "Infrastruktur" utk penyelundupan minyak keluar yg harganya bs capai 10rb . ckckckckck.....
tahun ke 2, Infrastruktur KARTEL sudah siap dan sdh kuasai "aparatur keparat" selundupan minyak besar2an dimulai, minyak mulai langka di beberapa tempat, produksi dalam negri kian turun, tidak ada bnyk dana dan teknologi eksplorasi minyak. Sumur2 Mengering. Kemudian konsumsi kian besar, akhirnya produksi hanya 1:2 dgn impor. Opsi kenaikan harga sudah mulai mengguncang kembali. Artinya Negara mulai "Subsidi" Minyak di kisaran 700M/hari atau 285 T/tahun.
tahun ke 3 Pemerintah kewalahan tindak penyelundupan oleh Kartel yg dibekingi "oknum", yg ditangkap hanya yg kacung. BBM mulai langka, sementara harga yang masih 4000 itu sudah tak wajar. Harganya harus naik ke angka 7000. Akhirnya dipilih angka 5000 dgn subsidi 2000/liter / 580M/hari / 212T/ thn. Karena Harga BBM selama ini murah, maka energi alternatif yg "mahal" tak tersentuh. Ekonomi mulai Kolaps. Wacana Hemat BBM mulai lagi digulirkan, Namun sayang semuanya telah terlambat.
Kesimpulan saya: Cadangan Minyak Bumi kita hanya cukup utk 30 tahun ke depan. Tapi hanya butuh 3 tahun saja di pemerintahan selanjutnya buat Negara ini Kolaps. Jika BBM tidak dinaikan maka dalam jangka pendek itu bagus, ekonomi bisa berputar, tapi terjadi bom waktu yang bisa lebih dashyat efeknya dalam jangka panjang
Jika dinaikan, dlm jangka pendek memang tidak bagus, ekonomi akan lesu. tapi dalam jangka panjang efeknya bisa semanis madu asalkan pemerintah benar benar concern dalam hal Infrastruktur, pendidikan ,kesehatan, tempat tinggal layak dan pertanian. Termasuk dalam pemberantasan korupsi.
Masuk akal... ini sifatnya jangka panjang.. kalau pak kwik itu jangka pendek.. selama banyak oknum brengsek... mafia migas tidak akan hilang...
HapusGak bisa dibuka pak ....
BalasHapusAyo.. Bongkar sj Pak,, agar masyarakat tau,, negara ini mmg hrs reformasi total, usir sj p'jajah asing чğ ∂ï ind, bkn kita чğ hrs bekerja ∂ï bwh mrk, tp mrk lah ya hrs bekerja ∂ï bwh aturan kta
BalasHapusmacam tolol lah kau ni, dari mana kah minyak bumi? kencing nenek kau?
BalasHapuscelakalah bagi mereka mengatasnamakan rakyat padahal mendustainya ..........
BalasHapusIslam dan neoliberalisme sama2 menipu dan menyengsarakan rakyat.
BalasHapus+anwar > Omonganmu ngawur koyok wong gak duwe Utek !!!
Hapus@anwar... hati2 mas ngomongin islam... yg brengsek itu hanya oknum.. kalo benar menjalankan sesuai islam nggak ada orang2 brengsek tsb...
Hapuswiih hebat perhitungannya pak, aneh ya bapak sekarang ga jadi apa2? kenapa ya?
BalasHapuskalau gitu gini aja pak kwik, besok bapak mencalonkan jadi presiden,
simple aja bapak TEKEN KONTRAK HARGA BBM diturunkan jadi Rp.4500, dan selama 5 tahun ga ada kenaikan...? kalau melanggar ya berani terima hukuman koruptor dan persona non grata karena kalau sama saja ya berarti hitung2an ini menghasut...
kalau berani, saya pilih bapak
yaaaa semuanya termasuk kita2 juga goblog pak dicky chandra........... cuma masalahnya ketika pa kwik duduk dikabinet kenapa tidak melakukan perubahan yang signifikan..... gitu lho..............tapi okey lah saya hargai pendapat beliau tentang tulisannya............ cuma saya jadi prihatin kalo cuma pak kwik aja yang teriak2 secara ilmiah............ sementara yang duduk disana anteng2 aja
BalasHapusmohon ijin share
BalasHapusDari dulupun yg namanya liberalisme buatan. Laknatulloh Yahudi slalu menyengsarakan non Yahudi...mari kita kembali ke ekonomi kerakyatan yg Bung Hatta dan Bung Karon pernah lakukan di negeri abu-abu ini..Capitalis makin gendut smentara yg lainnya makin kurus ..hidup segan mati tak mau...sadarlah kau penguasa yg telah teracuni konsep liberalisme...dalihnya utk rakyat tapi rakyat yg sengsara..rakyat mana yg kalian maksud wahai setan berwajah malaikat...3.5 abad di jajah dan di bodohi kompeni Belanda + 3.5 thn di kadali Japan..sekarang di bodohi dan dikadali serta dizalimi penguasa sendiri yg nota bene otak dan jiwanya telah teracuni konsep liberalisme dan capitalisme...sadar bung! Di "sana" anda nanti diminta pertanggunganjawabnya..di "sini" anda bahagia diatas penderitaan rakyat! BONGKAR!!!
BalasHapussoal legitimasi dari subsidi yang dibahas si kwik kian gie sudah benar dan tepat, argumennya soal pemerintah yang carut-marut disetir amerika juga tepat, argumennya logis dan artikelnya pun menginspirasi, sampai kemudian semuanya kemudian dikotori oleh imajinasi anda yang tanpa didasari akal yang sehat dan basis fakta yang jelas. saya pikir ini forum bebas bagi orang-orang cerdas dan kritis, jelas bukan untuk lulusan seni rupa yang 'eksentrik' ataupun untuk penggila teori konspirasi yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk cuap-cuap di forum-forum semacam k*skus ketimbang memutar otak untuk mengatasi masalah disekitar kita.
BalasHapusRakyat Indonesia tuh ibarat TIKUS MATI DI LUMBUNG PADI.
BalasHapusBener2 ironi diatas ironi.
Biasa kalo mulut politisi kompetitor. Bukti nya dulu waktu kwik jd mentri ϑϊ era mega jg sm aja menaikan harga minyak. Bulsit smuanya.
BalasHapusPantes , malaysia aja beda sekitar 1500an sama kita negara malaysia adem ayem aja :marah
BalasHapusHitungan diatas kayaknya benar ya...cuma saya masih bingung masak dari 230juta penduduk indonesia hanya KKG aja yang bisa dan membuat hitungan diatas, mana hitungan ekonom yang lain sehingga kita sebagai orang awam tau klo hitungan itu banyak yang dukung dan benar....
BalasHapusUSUL KONGKRIT: DPR DAN LEMBAGA KENEGARAAN TERKAIT SEGERA DUDUK BERSAMA MEMBICARAKAN KEKAYAAN ALAM BANGSA INDONESIA YANG BERDAULAT DENGAN MENGHADIRKAN PAKAR SEPERTI PAK KKG, DLL. ANGGARKAN SAJA 5 TRILIUN RUPIAH ATAU LEBIH....TIDAK MASALAH, TOH AGENDANYA JELAS UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT INDONESIA. PADA KEMANA NIH LEMBAGA-LEMBAGA PENGGUGAT KEBIJAKAN NEGARA YANG TIDAK PRO RAKYAT?
BalasHapusSebelumnya sy tdk mengetahui secara detail apa yg sebenarnya dimaksud subsidi bensin, tp setelah KKG menjelaskan, sy baru mengerti betapa zholimnya pemimpin kita terhadap rakyatnya sendiri, semoga ALLAH mengampuni dosa para pemimpin kita.
BalasHapusJadi yg salah siapa? Prasaan dari jaman Suharto dulu kita sudah dengar masalah subsidi BBM, knapa KKG baru sebut ini "kebohongan publik" saat pemerintahan SBY. Knapa gak jaman Megawaty juga? Gini ini kalo orang sudah jadi politisi, mulutnya bau busuk, hanya bisa mencela.
BalasHapusHarusnya KKG bongkar smua ini saat dia menjabat menteri dalam kabinet dulu, baru "orang baik" namanya
Kwik: Masa Harga BBM Lebih Murah Ketimbang Bir?
BalasHapushttp://www.tribunnews.com/2013/06/24/kwik-masa-harga-bbm-lebih-murah-ketimbang-bir
Tulisan basi,
BalasHapusSaya sebenarnya kurang mengetahui secara jelas perhitungan yang dilakukan diatas.
BalasHapusTapi apakah minyak mentah yg dimiliki indonesia dikelola oleh indonesia sndiri? Setahu saya yang mengelola minyak mentah di indonesia adalah pihak asing, sehingga indonesia harus juga mengikuti harga asing.
Selain itu. Apabila memang harga bahan bakar di indonesia sudah terlalu mahal dengan harga 4500, mengapa di negara-negara lain di asia/eropa/amerika, memiliki harga jual yang jauh berada diatas harga 4500? Dan bahkan beberapa melebihi harga pertamax/pertamax+(9000-10000)?
perjuangan melawan lupa http://bit.ly/17mIl8T bbm masih menjadi komoditi politik. sudah banyak politisi dan pejabat negara ini lupa akan pasal 33 ayat 3. salam dari guru sekolah dasar
BalasHapusJADILAH NEGRI YANG TIDAK BISA DI TEKAN NEGARA LAIN, ALIS BERDIRI SAMA TINGGI DUDUK SAMA RENDAH... GIATKAN DUNIA AGRO TANI AGAR KEKUATAN PANGAN KOKOH TANGGUH BIAR DIEMBARGO NEGARA ADIDAYA SEKALIPUN KITA GAK TERPENGAROH ! HAK SETIAP NEGARA MENGATUR KONSUMSINYA SENDIRI DARI BBM HINGGA SISTEM PEMERINTAHAN... AYO CARI PEMIMPIN YG BERANI BERDIKARI DAN TAK MAU DI TEKAN NEGARA LAIN !
BalasHapusKalau hitung-hitungannya Pak Kwik benar, seharusnya kondisi kita bisa sama dengan Arab Saudi dan Venezuela. Versi pemerintah, Indonesia mengalami surplus jual-beli barang non-migas US$ 3,97 miliar, tapi di jual-beli migas kita tekor US$ 5,6 miliar sehingga neraca prdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,63 miliar. Apakah ini semua konspirasi pemerintah untuk memiskinkan rakyatnya sendiri ???
BalasHapus[…] http://infoindonesia.wordpress.com/2012/03/29/kwik-kian-gie-subsidi-bbm-itu-bohong/ […]
BalasHapusbanyak sekali yang setuju dengan hal ini, Raras sedih juga dengan keadaan sekarang ini, ekonomi amburadul, rakyat dibawah ingin harga murah dan ketersediaannya selalu ada, kadang ada yang memanipulasi oleh pihak tertentu, semoga kedepan lebih bagus
BalasHapussekarang memmang banyak pembohoongan publikobat sakit mata
BalasHapus