Minggu, 31 Agustus 2014

Sofjan Wanandi: SBY Ogah Naikkan BBM Cuma Cari Popularitas


Sofjan Wanandi: SBY Ogah Naikkan BBM Cuma Cari Popularitas. Begitu kata Sofjan selaku ketua Apindo.

Biasanya pengusaha itu maunya harga BBM murah. Jadi ongkos produksi juga murah. Bukankah Sofjan berkali2 menolak upah buruh UMR yang tinggi dengan alasan perusahaan bisa bangkrut karena biaya operasionalnya naik. Nah UMR kita yang cuma Rp 2,4 juta/bulan itu jauh lebih rendah ketimbang UMR AS yang sekitar Rp 15 juta/bulan.

Aneh tidak jika Sofjan ngotot harga BBM dinaikkan? Bukankah biaya operasional jadi naik? Biaya distribusi dan listrik pabrik juga naik karena angkutan umum dan listrik juga pakai BBM?


Dengan harga minyak Dunia yang turun jadi US$ 95/barrel, permintaan Sofjan jadi aneh. Apalagi zaman SBY harga minyak Dunia pernah menembus angka US$ 147/brl. Toh zaman SBY harga minyak tak lebihd ari Rp 6500/liter atau US$ 90/brl.




Harga minyak dunia menurut data dari Wall Street Journal turun dalam 3 bulan terakhir sehingga hari ini hanya US$ 95/brl saja:
http://online.wsj.com/mdc/public/page/mdc_commodities.html?refresh=on
(pilih 3M)
Harga Minyak Dunia Turun

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun pada Senin (18/8/2014) waktu setempat (Selasa pagi WIB), karena berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap kerusuhan di Irak akan mengganggu produksi minyak mentah.
Minyak mentah light sweet untuk pengiriman September, turun 94 sen menjadi menetap di 96,41 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/19/075821626/Harga.Minyak.Dunia.Turun

Inilah sebabnya kenapa Ketua Apindo, Sofjan Wanandi ngotot minta harga BBM naik jadi Rp 9500/liter. Rakyat harus bayar Rp 174 Trilyun/tahun lebih mahal jika BBM naik Rp 3000/liter dan konsumsi 1 juta bph (1 bph=159 liter/hari). Uang Rp 174 Trilyun ini bisa dinikmati pengusaha model Sofjan Wanandi dalam bentuk proyek:

Bamsoet: banyak pengusaha terutama yang berada di barisan Jokowi menuntut agar subsidi BBM dicabut. Hal itu semata-mata karena mereka ingin menyerap subsidi BBM yang dinikmati semua rakyat. Utamanya, demi keuntungan mereka dalam mengerjakan proyek-proyek pemerintah yang nilainya bisa bertambah ratusan triliun rupiah sebagai dampak pengalihan subsidi. Rata-rata, menurut dia lagi, yang konsisten meminta pencabutan subsidi BBM itu pengusaha yang bekerja sama merealisasikan program-program pembangunan pemerintah. (Rakyat Merdeka Online)


Sofjan Wanandi tersenyum bersama JK di AS pada Agustus 2014:

http://infoindonesiakita.com/2014/08/14/jk-sofjan-wanandi-dan-megawati-ke-as/

Sofjan: SBY ogah naikkan BBM cuma cari popularitas

Reporter : Nurul Julaikah | Kamis, 28 Agustus 2014 14:08

Merdeka.com - Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, dipastikan akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 3000.

"Pasti dinaikan di pemerintahan Jokowi-JK, kan Andy Wijayanto (tim sukses Jokowi-JK) kemarin bilang akan ada kenaikan Rp 3000. Kan pemerintahan SBY tidak mau naikkan harga, mungkin dia cari popularitas kali," ujar Ketua Apindo Sofjan Wanandi di Jakarta, Kamis (28/8).
http://www.merdeka.com/uang/sofjan-sby-ogah-naikkan-bbm-cuma-cari-popularitas.html
Tak Naikkan BBM, Apindo: SBY Mau Populis

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi menilai popularitas adalah alasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menaikkan harga BBM menjelang akhir kepemimpinannya. "Mau populis aja. Mana ada dia berani," katanya saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Kamis, 28 Agustus 2014.

Dia menuturkan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi adalah sebelum Joko Widodo, presiden terpilih 2014-2019, dilantik pada 20 Oktober mendatang. Namun Sofyan kecewa karena SBY sudah mengumumkan bahwa dia tak akan menaikkan harga BBM saat di Bali. "SBY tidak berani. Kan sudah dibilang di Bali, tidak naik," ujarnya.
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/28/090602958/tak-naikkan-bbm-apindo-sby-mau-populis
Bamsoet: Pengusaha di Barisan Jokowi Getol Tuntut Subsidi BBM Dicabut

RMOL. Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak akan dirasakan oleh pengusaha nasional. Mereka hanya tinggal menyesuaikan ongkos produksinya dengan harga jual barang produksi.
Demikian pendapat Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo melalui keterangan tertulisnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (29/8).
"Bagi pengusaha sesungguhnya yang paling penting kepastian harga naik atau tidak," kata politisi Golkar yang biasa disapa Bamsoet itu.
Menurut dia, selama masyarakat masih bisa membeli barang-barang produksi bagi pengusaha tak masalah jika harga BBM dinaikkan. Justru, lanjut dia, yang paling merasakan dampak kenaikan itu adalah rakyat kecil.
Bamsoet mengatakan, sebetulnya banyak pengusaha terutama yang berada di barisan Jokowi menuntut agar subsidi BBM dicabut. Hal itu semata-mata karena mereka ingin menyerap subsidi BBM yang dinikmati semua rakyat. Utamanya, demi keuntungan mereka dalam mengerjakan proyek-proyek pemerintah yang nilainya bisa bertambah ratusan triliun rupiah sebagai dampak pengalihan subsidi. Rata-rata, menurut dia lagi, yang konsisten meminta pencabutan subsidi BBM itu pengusaha yang bekerja sama merealisasikan program-program pembangunan pemerintah.
"Kalau subsidi dihapus, maka tentunya logikanya, anggaran untuk pembangunan bertambah dan keuntungan mereka pun bertambah banyak," demikian Bamsoet.
http://m.rmol.co/news.php?id=169819

Tidak ada komentar:

Posting Komentar