Tampilkan postingan dengan label Banjir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Banjir. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 April 2014

Sodetan dari Kali Ciliwung ke BKT Melalui Jalan Otista 3: Selesaikan Masalah dgn Masalah?

Kali Ciliwung setelah pintu Air Manggarai di jalan Matraman-Proklamasi dasar sungainya terlihat
Dari teman2 dan saudara yang tinggal di Bidaracina dekat Kampung Melayu, zaman Soetiyoso dan Foke itu banjir biasanya 5 TAHUN SEKALI.
Tapi tahun ini "Ajaib" banjir sampai 6x DALAM SETAHUN.

Pembuatan "SODETAN" dari Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur yang melalui Jalan Otista 3 Jaktim sejauh lebih dari 1 km sepertinya mencoba Menyelesaikan Masalah dgn Masalah.
Harusnya Kali Ciliwung yang lebarnya 38 meter di Bidaracina dan kemudian menyempit di Kampung Pulo hingga tinggal 6 meter dan separuh dasarnya muncul dari permukaan air, itu harusnya DINORMALISASI dulu. Kembalikan lebar dan dalam sungai jadi seperti semula. Niscaya itu bisa meminimalisir bahkan bisa menghilangkan banjir.

Rabu, 05 Februari 2014

Kenapa Kampung Pulo Selalu Banjir dan Paling Parah Banjirnya?


Kenapa Kampung Pulo Selalu Banjir dan Paling Parah Banjirnya?
Ya jelas banjir. Lebar Kali Ciliwung di daerah Bidaracina (Gang Asem, Kebon Sayur, dsb) yang lebarnya mencapai 38 meter, saat di Kampung Pulo menyempit hingga tinggal 6 meter saja. Artinya, yang 32 meter lagi ke mana? Harusnya sungai itu makin ke hilir makin lebar.

Rabu, 13 November 2013

Atasi Banjir untuk Apa Ahok Beli Tanah di Depok?


Luas Jakarta itu kan 664 km2 atau 664.000.000 m2. Untuk apa Ahok beli tanah di Depok guna mengatasi banjir?
Kenapa tidak beli tanah di Jakarta saja?
Masih banyak empang2 / situ-situ di Jakarta yang bisa dibeli Pemda agar bisa diselamatkan jadi tempat penampungan air. Bisa diselamatkan. Harusnya fokus saja di Jakarta. Cari lahan-lahan di Jakarta guna menjadi tempat penampungan air / bendungan.


Selasa, 01 Januari 2013

Pantas Katulampa Tak Bisa Cegah Banjir di Jakarta

[caption id="attachment_1728" align="aligncenter" width="610"]Bendungan Katulampa yang Dangkal Bendungan Katulampa yang Dangkal[/caption]

Setiap musim hujan/musim banjir tiba, warga DKI Jakarta berharap-harap cemas menyaksikan perkembangan status tinggi air di Bendungan Katulampa. Jika mencapai batas siaga/bahaya, maka pintu air pun dibuka sehingga membuat Jakarta, khususnya di daerah aliran sungai Kali Ciliwung seperti di Kalibata, Cawang, Kampung Melayu, dsb jadi banjir.


Saya pikir Bendungan Katulampa itu begtu besar. Tapi ternyata kecil saja. Paling kurang dari 0,5 hektar. Kalau dihitung dengan sungai Ciliwung hingga ke jalan tol Jagorawi sekitar 450 meter panjangnya dengan lebar rata2 30 meter. Dan memang sebetulnya Bendungan Katulampa berfungsi untuk mengalirkan air sungai Ciliwung ke lahan persawahan seluas 5000 hektar di sepanjang kiri kanan bendungan. Karena persawahan habis, di Bogor tinggal kurang dari 100 hektar sementara di Jakarta tidak ada sama sekali, maka air tidak terserap dan jadi banjir.


Rabu, 13 Februari 2008

Penyebab dan Solusi Banjir di Jakarta

Ilustrasi Banjir dan Permukaan Tanah di Jakarta


Banjir yang melanda Jakarta umumnya disebabkan oleh banjir kiriman dari Bogor atau hujan lokal yang sangat deras dengan waktu lama antara 1-3 hari. Ada pun banjir karena pasang laut boleh dikata agak jarang dan hanya melanda kawasan tertentu di pesisir (Jakarta Utara seperti Rawa Buaya) jika ada tanggul yang jebol. Boleh di kata kawasan banjir Cawang, Kampung Melayu, bahkan jalan tol Cengkareng terlepas dari banjir pasang laut karena posisinya yang lebih tinggi dari permukaan laut.


Banjir karena pasang laut hanya bisa dihindari dengan pengadaan tanggul yang kuat dan menyeluruh tanpa celah sedikit pun bagi air laut masuk ke darat. Meliputi pesisir pantai dan juga pinggiran sungai yang posisinya masih di bawah permukaan laut.


Kamis, 08 November 2007

Banjir di Jakarta - Penyebab dan Solusinya

Banjir di Jalan Otista Raya Jakarta Timur tahun 2007

Berulangkali banjir melanda Jakarta. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berdalih itu karena 40% wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut. Artinya karena rendah, maka air laut masuk dan menggenangi wilayah tersebut.



Tapi dari Peta Banjir Jakarta yang dimuat di Tempo, hal itu tidak benar. Struktur tanah di Jakarta makin ke selatan (ke arah Bogor) permukaan tanah makin tinggi. Makin ke utara (ke arah laut) makin rendah. Buktinya dalam air kali Ciliwung mengalir ke laut (ke bawah). Harusnya wilayah Tanjung Priok yang berbatasan pantai yang terendam paling parah.