Dari teman2 dan saudara yang tinggal di Bidaracina dekat Kampung Melayu, zaman Soetiyoso dan Foke itu banjir biasanya 5 TAHUN SEKALI.
Tapi tahun ini "Ajaib" banjir sampai 6x DALAM SETAHUN.
Pembuatan "SODETAN" dari Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur yang melalui Jalan Otista 3 Jaktim sejauh lebih dari 1 km sepertinya mencoba Menyelesaikan Masalah dgn Masalah.
Harusnya Kali Ciliwung yang lebarnya 38 meter di Bidaracina dan kemudian menyempit di Kampung Pulo hingga tinggal 6 meter dan separuh dasarnya muncul dari permukaan air, itu harusnya DINORMALISASI dulu. Kembalikan lebar dan dalam sungai jadi seperti semula. Niscaya itu bisa meminimalisir bahkan bisa menghilangkan banjir.
Sebaliknya dgn membuat sodetan, selain mengganggu ribuan warga yang rumahnya dilalui sodetan, kedalamannya juga harus cukup mengingat itu melewati daerah yang tinggi/bebas banjir. Air itu kan sifatnya mengalir dari tempat tinggi ke tempat yg lebih rendah. Jika air Ciliwung yang terkontaminasi itu rembes ke tanah di sekitarnya, maka air tanah yang sebelumnya jernih dan bisa diminum bisa jadi keruh, bau, dan tak bisa diminum sebagaimana air tanah di sepanjang kali Ciliwung dengan radius hingga 100 meter lebih.
Logikanya sih kalau Kali Ciliwung menyempit jadi 6 meter, lebarkan dulu jadi minimal 20 meter. Jika ada dasar sungai yg muncul dari permukaan air, gali dulu hingga dalamnya jadi 5 meter. Itu dulu dilakukan. Jika itu belum dilakukan, tapi bikin sodetan segala macam dari Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur lewat jalan Otista 3, itu malah bikin masalah baru. Padahal warga yg dilalui sodetan hingga saat ini tak pernah terendam banjir dan air tanahnya bagus. Berapa m2 tanah yg harus dibebaskan? Berapa ratus ribu m3 tanah yg harus digali? Belum bikin macet. Sepertinya ini asal2an. Ora Mikir...
Silahkan baca:
Penyebab dan Solusi Banjir di Jakarta
http://infozaman.blogspot.com/2008/02/penyebab-dan-solusi-banjir-di-jakarta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar