Rabu, 23 April 2014

Penculikan di Tahun 1998

Sebetulnya tugas menyelidiki tokoh2 yang akan melakukan makar adalah tugas dari Intelijen. Dalam hal ini BIA (Badan Intelijen ABRI). Merekalah yang mencari informasi dan menggali nama2 yang berbahaya. Di situ disebut Setan Gundul. Bahkan untuk penculikan pun agar tetap rahasia/tidak ketahuan, seharusnya dilakukan oleh agen rahasia (BIA). Bahkan untuk membunuh pun begitu. Contohnya lihat saja film agen rahasia James Bond.
Kopassus meski merupakan pasukan elit, namun umumnya saat penyerbuan atau setelah penyerbuan diketahui umum/media massa. Misalnya pembebasan sandera di pesawat yang dibajak atau pun dari penculikan gerombolan pemberontak bersenjata, niscaya saat kejadian atau setelah kejadian diketahui oleh umum.
Kopassus dalam bertindak harus sepengetahuan atasannya dalam hal ini Panglima ABRI  seperti Wiranto. Jika tidak, bisa dianggap makar. Contohnya saat Prabowo selaku Pangkostrad menyebar pasukan guna mengamankan Jakarta, karena tanpa sepengetahuan panglima ABRI Wiranto, akhirnya dituduh makar hendak kudeta dan diberhentikan. Meski Prabowo sudah 8 kali menelpon Wiranto yang saat itu ada di Malang, tapi karena gagal, tetap dicurigai ingin melakukan kudeta. Jadi tindakan penculikan itu pasti sepengetahuan Panglima ABRI.

Dari berbagai berita ada 3 tahapan penculikan yang dilakukan oleh 3 tim yang berbeda. 2 penculikan di tahap awal dan akhir tidak ada korban yang kembali / selamat. Ada pun penculikan ke 2 oleh tim Kopassus, semua kembali dengan selamat dan jadi pejabat. Di antaranya: Haryanto Taslam, Andi Arief, dan Pius Lustrilanang. Saya (Tim Kopassus) hanya menculik 9 orang dan semuanya sudah saya kembalikan, begitu kata Prabowo. Penculikan itu atas instruksi Soeharto berdasarkan informasi dari BIA guna mengamankan Sidang MPR dari gangguan orang2 yg diculik tsb.
Justru yang "diculik" oleh Tim Kopassus akhirnya selamat. Jika diculik oleh Tim lain, bisa jadi mereka tetap hilang hingga sekarang. Karena bersikap "lembek" itulah Prabowo yang menyarankan Soeharto untuk mundur dan menolak menembaki para demonstran yang memasuki gedung MPR, akhirnya "dipecat" jadi menantu oleh Soeharto.

Pernah Diculik, Pius: Prabowo Tak Bersalah http://www.tempo.co/read/news/2013/10/28/078525234/Pernah-Diculik-Pius-Prabowo-Tak-Bersalah

http://infoindonesiakita.com/2014/04/03/prabowo-dan-isyu-penculikan-dan-kerusuhan-mei-1998/

Meski Mei 1998 termasuk dalam lembaran hitam Indonesia, tapi bersyukurlah tidak separah di tahun 1965 yang menewaskan 1 juta orang atau pun seperti di Libya dan Suriah yang menewaskan ratusan ribu orang:
http://infoindonesiakita.com/2014/04/15/lembaran-hitam-mei-1998/

Setiap penggantian presiden secara paksa oleh sebagian rakyat, umumnya menimbulkan korban jiwa. Sebab bukan cuma bentrok dengan polisi dan tentara saja. Tapi juga dengan warga sipil yang mendukung presiden tsb.

Referensi:

Hazmi Srondol
Follow · 11 hrs · Edited  

DOKUMEN INVESTIGASI KOMNAS HAM TAHUN 2006: PRABOWO DAN KOPASSUS TIDAK BERSALAH

Saudara-saudara,

Ada pernyataan dan saran dari beberapa kawan untuk untuk mengklarifikasi soal kejadian yang menimpa aktivis 1998. 

Saya paham dan mengerti, permintaan ini selalu selalu muncul apabila rekan-rekan sedang berdiskusi atau berdebat soal standar dasar pemilihan pemimpin. Dari filtering ala calon pengantin seperti "bibit, bebet, bobot" atau konsepsi, ideologi dan program calon Presiden.

Memang akan terjadi ketimpangan besar jika beberapa calon Presiden dibandingkan sosok yang sedang kita usung untuk memimpin bangsa dan negara sebesar Indonesia ini--Prabowo! 

Prabowo dan segala syaratnya sangat detail dan terbuka untuk diketahui. Sedangkan calon lain masih abu-abu bahkan cenderung gelap gulita. Padahal bagi yang pernah mempelajari Taoism, sangat jelas bahwa keterbukaan dan kejelasan calon 'raja' itu hal yang sangat penting dan mendesak. 

Dan kebanyakan, ketika diadu dan terdesak--pasti ujung-ujungnya dilarikan ke perihal penangkapan aktivis 1998. Bahkan bisa di cek kampanye baru tentang nasib penyair "Widji Tukul" yang keberadaannya entah dimana. Cerita ini pun di kemas, didaur ulang dan diarransemen dengan berbagai macam jenis. Yang tetap saja semua menjadi alat fitnah untuk memojokkan Prabowo. 

Padahal, kasus penangkapan aktifis 1998 ini sudah sangat 'loud and clear'--terang dan jelas dari hasil investigasi Tim Ad Hoc KOMNAS HAM yang hasilnya sudah keluar tahun 2006 silam. 

Prabowo dan Kopassus tidak bersalah dalam "OPERASI MANTAB JAYA"--sebuah operasi pengamanan aktivis yang disebut sebagai "SETAN GUNDUL" saat menjelang sidang Umum MPR 1998. 

Prabowo, Kopassus dan semua Panglima dan petinggi ABRI hanya menjalankan perintah/instruksi dari Presiden Soeharto karena menurut daftar nama yang dikeluarkan Badan Intelejen ABRI (BIA)--para "SETAN GUNDUL" ini perlu diamankan karena memenuhi unsur joint criminal enterprise.

Hasil operasinya pun jelas,

9 "SETAN GUNDUL" berhasil diamankan sementara oleh KOPASSUS dan dilepaskan kembali secara bertahap. 9 nama tersebut adalah : Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Desmon J Mahesa, Andi Arief, Nezar Patria, Mugiyanto, Aan Rusdianto, Faisol Reza dan Rahardjo Waluyo Jati. Kesemuanya sekarang sehat wal'afiat bahkan beberapa diantaranya menjadi bagian dari Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto.

untuk 9 "SETAN GUNDUL" lainnya juga diamankan secara PERMANEN oleh ABRI non-KOPASSUS. Penyair "Wiji Thukul" pun ternyata masuk dalam daftar operasi oleh Non Kopassus ini selain : Yani Afri, Sonny, Herman Hendrawan, Deddy Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus Bima Anugrah.

Hasil ini pun sebenarnya sudah pernah dimuat dalam edisi khusus majalah Tempo tentang Tragedi Mei 1998-2013 dengan judul besar "Teka-Teki Wiji Thukul". Dalam majalah nomer ISSN: 0126-4272 di halaman 78-79 juga secara gambang menjelaskan duduk perkara perihal tidak ada sangkut pautnya Prabowo dan Kopassus dalam operasi penangkapan Wiji Thukul. 

Namun entah kenapa berita ini tidak tersebar luas. Saya menduga ada beberapa faktor, antara lain:

1. Jumlah edisi cetak khusus "Wiji Thukul" tersebut tidak terlalu banyak beredar.
2. Malas membaca Majalah Tempo tersebut. Padahal sudah tersedia versi onlinenya. 
3. Memang adanya niat mengkomoditaskan hal ini dalam dunia politik Indonesia untuk memojokkan Prabowo--hal yang sering disampaikan oleh Alh. Munir semasa masih hidup dan belum meninggal tanggal 7 September 2004.
4. Tidak adanya lembar hasil investigasi Komnas HAM tahun 2006 tersebut yang beredar di masyarakat. 

Jadi, disini--saya tidak akan membahas gaktor 1 sd 3 tersebut. Saya hanya membantu memberikan file dokumen untuk melengkapi faktor no. 4 tersebut agar apa yang disampaikan oleh pak Prabowo Subianto perihal "becik ketitik, ala ketara" yang berarti "Yang baik akan tertandai dan yang jelek akan terlihat" semakin terbukti.

Sebuah ungkapan bahasa Jawa yang kalau boleh saya menambahkan menjadi "Becik ketitik, ala ketara. Sopo sing salah, seleh". Yang arti terakhirnya adalah "Siapa yang salah akan terkapar dengan sendirinya"

Demikian saya sampaikan saudara-saudara seperjuangan di perang Kemerdekaan Jilid 2,

Selamat malam dan tetap MERDEKA...!

======

Majalah TEMPO edisi Khusus "Teka-teki Wiji Thukul" : http://www.joomag.com/magazine/tempo-edisi-khusus-wiji-thukul-13-19-mei-2013/0025370001393685698?page=42 
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202954255234001&set=a.1077541135394.13899.1132201099&type=1&theater

1 komentar:

  1. Apakah Anda ingin membeli ginjal atau Anda ingin menjual Anda
    ginjal? Apakah Anda
    mencari kesempatan untuk menjual ginjal untuk uang
    karena istirahat keuangan turun dan Anda tidak tahu apa yang harus
    lakukan, kemudian hubungi kami hari ini dan kami akan menawarkan baik
    jumlah uang untuk ginjal Anda. Nama saya adalah Dokter DAGAMA,
    am a
    Nephrologist di PREMIER INTERNATIONAL Medicaid. Klinik kami
    khusus dalam Bedah Ginjal dan kami juga menangani
    pembelian
    dan transplantasi ginjal dengan ruang tamu
    sesuai donor.
    Kami terletak di India, Turki, Nigeria, Amerika Serikat, Malaysia.
    Jika Anda tertarik untuk menjual atau membeli ginjal jangan
    ragu untuk menghubungi kami melalui email.
    Email: premiermedicaidinternational@yandex.com

    Best Regards
    Dr DAGAMA.

    BalasHapus