Kamis, 08 November 2007

Banjir di Jakarta - Penyebab dan Solusinya

Banjir di Jalan Otista Raya Jakarta Timur tahun 2007

Berulangkali banjir melanda Jakarta. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berdalih itu karena 40% wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut. Artinya karena rendah, maka air laut masuk dan menggenangi wilayah tersebut.



Tapi dari Peta Banjir Jakarta yang dimuat di Tempo, hal itu tidak benar. Struktur tanah di Jakarta makin ke selatan (ke arah Bogor) permukaan tanah makin tinggi. Makin ke utara (ke arah laut) makin rendah. Buktinya dalam air kali Ciliwung mengalir ke laut (ke bawah). Harusnya wilayah Tanjung Priok yang berbatasan pantai yang terendam paling parah.



More...Kenyataannya justru banjir di Tanjung Priok hanya 30-60 cm. Sementara di Jatinegara yang permukaan tanahnya lebih tinggi dari Tanjung Priok banjir justru mencapai 300 cm.



Banjir di wilayah Jatinegara dan Cawang terjadi karena pintu air Manggarai yang mengalir ke jalan Sudirman dan Istana ditutup sehingga jadi semacam bendungan. Air yang tertahan bendungan inilah yang membanjiri Jatinegara dan Cawang.



Karena itu begitu pintu air dibuka dan jalan Sudirman dan Istana terendam air, dalam 1 hari banjir di Jatinegara dan Cawang surut. Padahal jika tidak dibuka banjir tetap bertahan hingga 2 minggu. Bukti lain, pada Banjir November 2007 di Kampung Melayu, ternyata ketika saya melewati jembatan yang melintasi kali Ciliwung di Jalan Pangeran Diponegoro airnya dangkal sehingga sebagian dasarnya menyembul terlihat. Ini bukti bahwa air tertahan (entah sengaja/tidak) di Pintu Air Manggarai.



Oleh karena itu guna mencegah banjir, khususnya dari luberan kali Ciliwung di daerah Kalibata, Cawang, dan Kampung Melayu hendaknya pemerintah memperhatikan pengaturan pintu air di Manggarai. Usahakan agar air banjir mengalir terus ke laut. Tidak ditahan oleh petugas pintu air di situ.



Usaha lain adalah dengan memperdalam kali Ciliwung dengan memakai kapal keruk mulai dari muaranya di Jakarta Utara untuk secara perlahan masuk ke wilayah hulu. Dengan cara ini maka daya tampung kali Ciliwung bisa bertambah dan luas luberan/banjir bisa dikurangi.



Cara ini jauh lebih murah ketimbang Mega Proyek Banjir Kanal Timur dan Barat yang bisa menelan biaya belasan trilyun rupiah. Selain itu dengan kali Ciliwung yang lebih lebar dan lebih dalam (lebar 23 meter dan dalam 7 meter) maka Kali Ciliwung bisa jadi "jalan baru" bagi transportasi warga Jakarta. Ini bisa mengurangi kemacetan di Jakarta tanpa harus mengeluarkan uang trilyunan lagi untuk proyek Monorail.


Kedepan juga perlu diperhatikan untuk memperluas daerah resapan air. Bukan hanya membuat sumur resapan atau mengganti halaman semen dengan paving block, tapi juga mempertimbangkan penggunaan rumah panggung di wilayah ibu kota. Ketika kecil di Kalimantan Selatan, saya biasa tinggal di rumah panggung. Di bawah rumah ada lumpur. Jika kita lempar pancing ke bawah rumah, kita bisa mendapat ikan. Rumah panggung seperti ini bisa memperluas daerah resapan air. Saya lihat di wilayah Jakarta Selatan ada juga rumah besar yang memakai sistem rumah panggung di mana ikan-ikan bisa hidup di bawahnya.


Ada yang mengusulkan agar Pemda DKI mengambil-alih situ/danau yang tersisa seperti yang ada di daerah Cibubur dan sekitarnya sehingga bisa diperdalam dan diperluas. Danau ini bisa jadi tempat peternakan ikan, pemancingan, wisata perahu dayung dan memancing, serta restoran ikan dengan sistem rumah panggung.


Ada bagusnya jika di beberapa tempat seperti Depok atau daerah langganan banjir yang terparah seperti Kampung Pulo dibuat bendungan yang besar untuk menampung air sekaligus pembangkit tenaga listrik sehingga bukan hanya mencegah banjir, tapi juga memberi energi listrik bertenaga air. Tentu pemerintah harus menyediakan rumah susun (misalnya Rusun Cawang) dan GANTI UNTUNG yang layak bagi penduduk yang digusur.



Peta Banjir Jakarta (dalam sentimeter)


Tempo, Jum'at, 19 Maret 2004 | 16:37 WIB



1. Kecamatan Cengkareng


Kel. Rawabadak


Kel. Durikosambi


Kel. Kapuk


Kel. Cengkareng Barat


Kel. Kedaung


80 - 200 cm



2. Kecamatan Penjaringan


Kel. Kapukmuara


Kel. Penjagalan


Kel. Kapukmuara


Kel. Kamalmuara


Kel. Pluit


50 - 200 cm



3. Kecamatan Tanjungpriok


Kel. Tanjung Priok


Kel. Sungaibambu


Kel. Kebonbawang


Kel. Warakas


Kel. Papango


Kel. Sunterjaya


30 - 60 cm



4. Kecamatan Kelapagading


Kel. Kelapagading Barat


Kel. Kelapagading Timur


Kel. Pegangsaan


80 -100 cm



5. Kecamatan Cilincing


Kel. Cilincing


Kel. Kalibaru


Kel. Rorotan


Kel. Sukapura


Kel. Semper Timur


Kel. Semper Barat


Kel. Marunda


25 - 175 cm



6. Kecamatan Koja


Kel. Tugu Selatan


Kel. Tugu Utara


Kel. Rawabadak Selatan


Kel. Rawabadak Utara


Kel. Lagoa


Kel. Koja


40 - 100 cm



7. Kecamatan Cakung


Kel. Ujungmenteng


Kel. Pulogadung


Kel. Rawaterate


100 - 150 cm



8. Kecamatan Pademangan


Kel. Pademangan Timur


Kel. Pademangan Barat


Kel. Ancol Jalan Budi


15 - 30 cm



9. Kecamatan Tambora


Kel. Duri Utara


Kel. Krendang


Kel. Jembatanbesi


Kel. Jembatanlima


20 - 30cm



10. Kecamatan Kalideres


Kel. Semanan


Kel. Pegadungan


Kel. Tegalalur


Kel. Kamal


20 - 100 cm



11. Kecamatan Sawahbesar


Kel. Gunungsahari Utara


Kel. Manggadua Selatan


30 cm



12. Kecamatan Kemayoran


Kel. Serdang


60 cm



13. Kecamatan Pulogadung


Kel. Jati


Kel. Jatinegara Kaum


Kel. Cipinang


70 - 130 cm



14. Kecamatan Senen


Kel. Kramat


Kel. Kwitang


30 - 120 cm



15. Kecamatan Menteng


Kel. Pegangsaan


Kel. Kebonsirih


Kel. Cikini RW 03


60 - 100 cm



16. Kecamatan Matraman


Kel. Kebonmanggis


120 cm



17. Kecamatan Jatinegara


Kel. Cipinangbesar Utara


Kel. Kampungmelayu


Kel. Bidara Cina


Kel. Cipinangmuara


Kel. Cipinangbesar


75 - 300 cm



18. Kecamatan Durensawit


Kel. Pondokbambu


Kel. Malakasari


Kel. Durensawit


100 - 300 cm



19. Kecamatan Makasar


Kel. Kebon


Kel. Pinangranti


Kel. Halim


Kel. Cipinangmelayu


Kel. Makasar


100 - 150 cm



20. Kecamatan Cipayung


Kel. Lubangbuaya


100 cm



21. Kecamatan Ciracas


Kel. Rambutan


Kel. Ciracas


Kel. Kelapadua Wetan


Kel. Cibubur


100 - 300 cm



22. Kecamatan Pasar Rebo


Kel. Pekayon


Kel. Kampunggedong


100 - 150 cm



23. Kecamatan Kramatjati


Kel. Kramatjati


Kel. Cawang


Kel. Duku


Kel. Cililitan


200 - 250 cm



24. Kecamatan Tebet


Kel. Bukitduri


Kel. Manggarai


Kel. Kebonbaru


50 - 80 cm



25. Kecamatan Pancoran


Kel. Rajawali


100 cm



26. Kecamatan Mampangprapatan


Kel. Pelamampang


Kel. Tegalparang


Kel. Mampang Prapatan


Kel. Kuningan Barat


40 - 100 cm



27 Kecamatan Cilandak


Kel. Pondoklabu


Kel. Cipete Selatan


Kel. Lebakbulus


Kel. Cilandak Barat


30 - 60 cm



28. Kecamatan Pesanggrahan


Kel. Petukangan Utara


Kel. Petukangan Selatan


Kel. Ulujami


50 - 100 cm



29. Kecamatan Kebayoran Baru


Kel. Cipete Utara


Kel. Petogogan


Kel. Rawabarat


Kel. Gunung


20 - 120 cm



30. Kecamatan Kebayoran Lama


Kel. Pondokpinang


Kel. Cipulir


70 - 170 cm



31. Kecamatan Kembangan


Kel. Meruya Utara


Kel. Meruya Selatan


Kel. Joglo


Kel. Kembangan Utara


(15 KK mengungsi)


20 - 100 cm



32. Kecamatan Palmerah


Kel. Jatipulo


Kel. Kotabambu Utara


Kel. Kemanggisan


Kel. Kotabambu Selatan


20 - 60 cm



33. Kecamatan Tanahabang


Kel. Petamburan


Kel. Benhil


Kel. Karet-tengsin


120 - 200 cm



34. Kecamatan Kebonjeruk


Kel. Kelapadua


Kel. Kedoya Utara


Kel. Kebonjeruk


Kel. Kedoya Selatan


Kel. Duri Utara


Kel. Duri Kepa


30 - 150 cm



35. Kecamatan Grogol Petamburan


Kel. Tanjungduren Utara


Kel. Jelambar


Kel. Tomang


Kel. Jelambar Baru


20 - 100 cm



http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/19/nrs,20040319-05,id.html



Silahkan lihat juga artikel:



http://infoindonesia.wordpress.com/2008/02/14/penyebab-dan-solusi-banjir-di-jakarta

1 komentar: