Selasa, 27 November 2007

Buruknya Transportasi / Angkutan Umum di Jakarta

Penumpang KA Jabotabek di Stasiun Tebet melimpah ke pintu dan ke atapCoba anda perhatikan angkutan umum di Jakarta, khususnya Bis-Bis besar, Metromini, atau Kopaja. Penumpang yang berdesakkan hingga ke pintu bukan hal yang asing.

Aneh rasanya memberlakukan kewajiban seat belt bagi penumpang kendaraan yang duduk dengan pintu terkunci sementara di kendaraan umum penumpang yang berdiri gelayutan hingga ke luar pintu dianggap hal biasa.

Coba lihat sekitar jam 7 pagi di Terminal Bis Kampung Melayu. Orang-orang berebut untuk dapat duduk di bis 213 dan 921. Sering ibu-ibu atau gadis terseret bis yang melaju saking inginnya dapat duduk di bis tersebut. Jika terlambat, mereka harus berdiri hingga 1,5 jam lebih di perjalanan. Kalau jam pulang dari Blok M, jika hujan bisa berdiri hingga 3 jam lebih sebelum sampai tujuan.

Para pelajar juga kesulitan untuk mendapatkan kendaraan. Para sopir enggan mengangkut para pelajar karena biasanya para pelajar membayar setengah harga. Sementara para pelajar yang umumnya belum bekerja menganggap mahal tarif angkutan umum yang mencapai rp 2 ribu sekali jalan.

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=SbRhRF9WGVk?rel=0&w=480&h=360]

Akibatnya para supir angkutan umum seperti Kopaja 502 di dekat terminal Kampung Melayu sekitar jam 5:30 sore lebih memilih melajukan kendaraan meski para pelajar meraih kendaraan tersebut. Akibatnya bisa fatal: terseret mobil.

Supir angkutan umum juga sering menurunkan para penumpang di tengah jalan. Bukannya menepi ke pinggir jalan, mereka berhenti di tengah jalan. Sehingga para penumpang seperti permainan "Chicken Street" harus menyeberang sampai 3 jalur kendaraan ke pinggir jalan.

Tak jarang supir angkutan umum dengan rute sama kebut-kebutan berebut penumpang. Ini membahayakan penumpang yang ada di dalamnya.

Belum lagi kawanan copet hingga 9 orang yang sering beroperasi di bis-bis besar seperti bis 213 jurusan Kp Melayu Grogol. Kalau dicopet kawanan tersebut biasanya orang pasrah saja. Harusnya polisi rajin menyisir/mendeteksi para penumpang apakah mereka membawa senjata tajam seperti pisau/gunting yang biasa dipakai para copet untuk merobek tas korban mereka.

Belum lagi penumpang kereta api Jabotabek yang berdesakkan ke pintu hingga ke atap seperti gambar di atas. Tidak nyaman dan tidak aman.

Itulah potret angkutan umum di Jakarta.

Tentu kita harus memberi solusi dari masalah di atas. Dari saya pribadi, pemerintah harus menambah jumlah penumpang kereta api dan bis-bis yang padat penumpang sehingga penumpang tidak berdesakkan. Terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. Sebetulnya KA Pakuwon ber AC dengan tarif agak mahal (Rp 5.000) cukup bagus. Namun hanya berhenti di stasiun tertentu (di stasiun Tebet dan Cikini tidak berhenti) sehingga belum tentu bisa jadi alat transport pilihan.

Pemerintah tidak bisa menyerahkan masalah transportasi kepada swasta. Pemerintah harus turut membantu sebagai layanan masyarakat (public service) terhadap warga yang telah membayar bermacam pajak (PBB, PPN, PPH, dsb) ke pemerintah.

Pemerintah harus turut memberi tunjangan bagi supir yang aktif minimal Rp 100 ribu per bulan sehingga kesejahteraannya sedikit terjamin dan tidak terlalu ngoyo dalam mengejar setoran. Supir yang menabrak karena mengebut diberi sanksi berupa pencabutan tunjangan tersebut selama-lamanya. Sering sopir justru nombok karena jalan macet sehingga begitu lancar dia mengebut seenaknya.

Tanpa transportasi yang baik, produktivitas bisa berkurang. Penerimaan pajak pun bisa turun. Itulah sekedar masukan dari saya. Bagaimana dengan anda? Ada masukan untuk memperbaiki transportasi di Jakarta?

3 komentar:

  1. ya mungkin satu2nya di privatisasi aja tuh krl Jabotabek biar lebih baik.. kaya di luar negeri ..bukan kaya di Pakistan ma india.. aja...

    BalasHapus
  2. Malem Jumat enggak bisa tidur. Daripada suntuk mendingan blogwalking aja deh. Nyari ilmu baru dan nyari sahabat baru. Salam kenal aja dari saya. klo mau berkunjung balik ke blog saya, cuma kata terima kasih yang dapat saya sampaikan. Ijin menyimak isi artikelnya gan....

    Klo cuma ngubek ubek angkutan umumnya aja tanpa edukasi dan sanksi disiplin yang tegas buat para penggunanya, ya sama aja bo'ong gan... namanya juga indonesia... :)

    BalasHapus
  3. [...] http://infoindonesia.wordpress.com/2007/11/27/buruknya-transportasi-angkutan-umum-di-jakarta [...]

    BalasHapus