Rabu, 29 Juli 2009

Siapa Bilang BUMN Selalu Rugi dan Harus Diprivatisasi?

BUMN SAUDI ARAMCO


Sering orang-orang Neoliberalis mendesak pemerintah untuk memprivatisasi BUMN-BUMN untuk dijual ke asing dengan alasan rugi segala macam. Padahal tidak semuanya benar.


Justru banyak BUMN yang untung sampai Rp 80 trilyun/tahun. Celakanya justru BUMN-BUMN yang untung itu yang diprivatisasi/dijual sehingga 85% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh asing.



Padahal tahun 2009 saja BUMN menyumbang sebagian keuntungannya ke negara sebesar Rp 29 trilyun.


Jadi kalau menjual BUMN, itu sama dengan menjual angsa bertelur emas. Dapat hasil penjualan sekali, setelah itu tidak dapat uang lagi. Beda jika dikelola terus sehingga mendapat keuntungan setiap tahun.


BUMN-BUMN ini selain menguntungkan juga telah membuka lapangan kerja bagi banyak warga Indonesia dengan gaji yang layak.


Seuntung-untungnya perusahaan swasta, maka keuntungannya itu cuma dinikmati segelintir pemegang sahamnya. Sedangkan pada BUMN, kekayaan itu masuk ke kas negara dan dinikmati oleh seluruh rakyat.


Kemudian jika BUMN itu mengelola kekayaan alam seperti migas, emas, perak, tembaga, dsb, maka 90% lebih hasilnya dinikmati oleh rakyat. Sedangkan jika swasta atau asing, maka sebagian besar dinikmati oleh segelintir pengusaha swasta/asing. Sebagai contoh di Papua, Freeport menikmati 99% dari royalti emas dan perak. Sementara 240 juta rakyat Indonesia harus puas dapat 1% saja. Rugi bukan? Begitu pula dengan pengelolaan migas oleh swasta asing seperti Chevron, Exxon-Mobil, Conoco, dsb.


Sebaliknya Arab Saudi, Norwegia, Qatar, Kuwait, Malaysia, dsb memakai BUMN-BUMN untuk mengelola kekayaan alamnya khususnya Migas. Akibatnya bukan cuma BUMN tsb yang untung, namun rakyat negeri itu juga makmur karena seluruh rakyat bisa menikmati hasil penjualan migas.


 


BUMN Jadi Andalan untuk Menutup Defisit


Rabu, 29 Juli 2009 | 03:47 WIB


jakarta, kompas - Pemerintah mengandalkan dividen dari badan usaha milik negara untuk ikut menambal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2009. Porsi dividen yang harus disetor BUMN akan ditingkatkan untuk menutup kurangnya penerimaan pajak.


Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu, Selasa (28/7), mengemukakan, langkah meningkatkan porsi dividen yang harus disetor oleh BUMN dilakukan untuk menutup penerimaan pajak yang tidak memenuhi target.


BUMN-BUMN besar, seperti Pertamina, Perusahaan Gas Negara, dan Bank Mandiri menjadi target. ”Dividen dari PT Pertamina akan ada penambahan dibandingkan tahun lalu yang sebesar 45 persen,” ujar Said.


Kementerian Negara BUMN dan Panitia Anggaran telah menyepakati setoran dividen tahun ini dinaikkan dari rencana semula Rp 26,1 triliun menjadi Rp 28,5 triliun-Rp 29 triliun.


Pertamina menempati urutan teratas dalam daftar BUMN yang menyumbang dividen ke negara. Mendapat berkah dari harga minyak yang menjulang hingga sempat menyentuh level 100 dollar AS pada tahun 2008, perusahaan migas itu membukukan laba Rp 30,20 triliun.


Dari jumlah itu, sekitar Rp 13,59 triliun disumbangkan ke negara. Tahun ini, seiring harga minyak pada awal tahun yang cenderung rendah, Pertamina menetapkan target laba yang konservatif hanya Rp 12 triliun.


Selain meminta tambahan langsung, opsi menarik dividen tahun depan juga kemungkinan besar akan dilakukan. ”Kami sedang pertimbangkan opsi mana yang mungkin. Yang jelas, perusahaan tetap harus dijaga cash flow-nya,” ujar Said Didu.


BUMN yang berstatus perusahaan terbuka juga tidak luput dari permintaan tambahan setoran. Said mengatakan, pihaknya akan sangat berhati-hati untuk menetapkan tambahan dividen bagi perusahaan yang berstatus terbuka.


(DOT/OSA)


Baca selengkapnya di:


http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/29/03474352/bumn.jadi.andalan.untuk.menutup.defisit.


2008, Keuntungan BUMN Hampir Rp 80 Triliun


Jum'at, 08 Mei 2009 12:15:41 WIB


Reporter : Ainur Rohim


Surabaya-Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) makin kinclong. Pada tahun 2008 lalu, seluruh BUMN mampu membukukan laba usaha hampir Rp 80 triliun.


"Tepatnya Rp 79 triliun lebih," kata Sekretaris Menteri Negara BUMN, M Said Didu ketika memberikan pengarahan pada acara tentang CSR dan PKBL di Bank Jatim di Jalan Basuki Rachmat Surabaya, Jum'at (8/5/2009)


Dia menyatakan, kinerja BUMN dalam 4 tahun terakhir jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Sebab, pada tahun 2004, seluruh BUMN di Indonesia hanya membukukan laba Rp 24 triliun. "Kenaikannya luar biasa," tambahnya.


Sayangnya, Said Didu tak menyebutkan BUMN mana saja yang membukukan keuntungan tinggi dan BUMN mana yang masih merugi hingga sekarang. Yang pasti ke depan, katanya, performance dan kinerja BUMN mesti ditingkatkan. BUMN akan menjadi soko pergerakan perekonomian nasional. "Ada kaki APBN dan APBD dan kaki lainnya adalah korporasi, yakni BUMN dan BUMD," jelasnya.


Secara nasional, katanya, aset 140 BUMN di Indonesia tahun 2008 mencapai 2000 triliun lebih. Dengan demikian, aset BUMN itu jauh tinggi dibanding APBN 2009 yang mencapai sekitar Rp 1000 triliun. "Jangan pandang sebelah mata BUMN Indonesia," katanya.


Baca selengkapnya di:


http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2009-05-08/34119/2008,_Keuntungan_BUMN_Hampir_Rp_80_Triliun


85 Persen Saham BUMN Dikuasai Asing


Kamis, 23 Pebruari 2006 | 00:05 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekretaris Menteri Negara BUMN Muhammad Said Didu mengatakan sebanyak 85 persen saham BUMN yang sudah melantai di bursa dikuasai oleh asing. Walau dikuasai asing, kepemilikan tersebut tidak memiliki dampak negatif.


"Itu memang saham BUMN yang ada di publik 85 persen dikuasai asing," kata Said Didu seusai diskusi di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, hari ini. Dengan kepemilikan asing yang besar itu, berarti pihak asing lah yang menikmati sebagian besar keuntungan BUMN yang sudah go public.


Beberapa BUMN besar yang sudah menjadi perusahaan terbuka dan selalu membukukan keuntungan, antara lain PT Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Bukit Asam Tbk. Namun Said tidak merinci BUMN mana saja yang kepemilikan saham publiknya dikuasai asing.


Said menambahkan, walau kepemilikan saham publik dikuasai asing, tidak memiliki dampak negatif. "Kalau 85 persen saham publik dipegang asing, berarti yang menikmati sebagian besar keuntungan adalah orang asing. Bukan orang Indonesia," kata dia.


Baca selengkapnya di:


http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2006/02/23/brk,20060223-74375,id.html


BUMN yang Menguntungkan Negaranya:


Norway’s economy is a mixed one of public and private enterprises. Although the economy is based on free-market principles, the government exercises considerable supervision and control. The state owns railroads and most of the public utilities, and state-owned enterprises largely control the vital oil and natural gas sectors.


Microsoft ® Encarta


http://encarta.msn.com/encyclopedia_761556517_5/norway.html


About PETRONAS


PETRONAS, the acronym for Petroliam Nasional Berhad, was incorporated on 17 August 1974 under the Companies Act 1965. It is wholly-owned by the Malaysian government and is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia through the Petroleum Development Act 1974.


Over the years, PETRONAS has grown to become a fully-integrated oil and gas corporation and is ranked among FORTUNE Global 500’s largest corporations in the world. PETRONAS has four subsidiaries listed on the Bursa Malaysia and has ventured globally into more than 32 countries worldwide in its aspiration to be a leading oil and gas multinational of choice.


http://www.petronas.com.my/internet/corp/centralrep2.nsf/frameset_corp?OpenFrameset


ARAMCO


1973


Saudi Arabia’s Government acquires a 25 percent participation interest in Aramco.


1975


Master Gas System project is launched.


1980


Saudi Government acquires 100 percent participation interest in Aramco, purchasing almost all of the company’s assets.


http://www.saudiaramco.com/irj/portal/anonymous?favlnk=%2FSaudiAramcoPublic%2Fdocs%2FAt+A+Glance%2FOur+Story&ln=en


http://en.wikipedia.org/wiki/Saudi_Aramco


China National Petroleum Corporation


China National Petroleum Corporation was established on September 17, 1988 on the basis of the Ministry of Petroleum Industry, mainly in charge of oil and gas upstream operations. It is a state oil company endowed with certain governmental administrative functions.


http://www.cnpc.com.cn/en/aboutcnpc/companyprofile/history/default.htm


Temasek delivers record profit of S$18 billion for Financial Year ended March 2008


* Record profit of S$18 billion for the year


* One-year Total Shareholder Return of 7% by market value, 17% by shareholder funds


* Five-year cumulative wealth added of S$60 billion; wealth added fell S$6 billion below cost of capital hurdle for the first time in five years


* Net investments outside Asia (S$10 billion) exceeded net investments in Asia (S$5 billion)


http://www.temasekholdings.com.sg/media_centre_news_releases_260808.htm


 


 

7 komentar:

  1. kita harus mampu menasionalisasi dengan pertimbangan rasionalisasi kemajuan bangsa
    banyak hal yg harus pemerintah lakukan

    BalasHapus
  2. BUMN jika di privatisasi maka sama
    dengan mengekerbiri wewenang pemerintah, yang perlu adana mereformasi atau
    merevolusi pengelola BUMN agar dapat
    mendatangkan profit bagi
    negara.

    BalasHapus
  3. [...] Agus Nizami Kapitalis Zionis Yahudi ini ibarat Dajjal yg juga keturunan Yahudi. Dajjal membawa api di tangan kiri dan air di tangan kanan. Yang dikira api ternyata air. Yang dikira air ternyata api. Banyak Muslim yg tertipu. Nah Dajjal Kapitalis Yahudi …ini di mata orang yang tertipu ibarat “Investor Penolong”. Padahal mereka justru lintah penghisap darah yg menghisap kekayaan alam dan ekonomi ummat Islam. Justru negara2 yg mandiri mengelola kekayaan alamnya seperti Saudi, Qatar, Kuwait, Libya, Iran, Norwegia, Malaysia bisa makmur dan maju. Ada pun Indonesia yg 90% migasnya dikelola perusahaan zionis Yahudi milik Rockefeller seperti Exxon, Chevron, Conoco, dsb justru melarat dan 6 juta di antaranya terpaksa jadi TKI di negara lain dgn resiko disiksa. http://infoindonesia.wordpress.com/2009/07/30/siapa-bilang-bumn-selalu-rugi-dan-harus-diprivatisasi/ [...]

    BalasHapus
  4. alah,
    itu cuman tulisan aja,
    pembukuan aja,
    pertamina untung berapa trilyun lah,
    apalah artinya,
    tp sama aja rakyatnya gak ngrasain makmur,,,

    our nati0n has dis0rder management,,,,

    BalasHapus
  5. Yang jelas tahun 2009 BUMN menyumbang sebagian keuntungannya ke negara sebesar Rp 29 trilyun. Itu tercantum dalam APBN.

    Jika perusahaan2 AS yang mengelola kekayaan alam kita, bukan cuma sebagian besar kekayaan alam kita dinikmati mereka, tapi juga seberapa besarnya mereka untung, keuntungan tersebut lari ke negeri mereka. Bukan ke Indonesia.

    BalasHapus
  6. Negara makmur tapi rakyat juga yang harus sekarat, Negara ini sudah tidak memiliki rasa patriotisme. yang ada gimana kantong sendiri bisa tebal.Kita kembali ke asal jaman penjajah cuma beda bentuk. Para pemimpin sudah tidak punya hati nurani untuk negeri ini.

    BalasHapus