Selasa, 09 Maret 2010

Tembak Mati "Teroris". Betulkah Teroris yang Ditembak?

Masalahnya adalah jujurkah polisi?
Benarkah yang ditembak mati adalah orang yang bersalah?
Apakah kasus itu tidak direkayasa?


Kasus Bibit Chandra di mana polisi dan jaksa merasa yakin buktinya kuat, namun tim 9 yang terdiri dari pakar hukum dan juga Mahkamah Konstitusi menemukan fakta bahwa penahanan Bibit Chandra direkayasa.


Saksi kunci Ari Muladi pun mengaku disuruh supaya bersaksi bahwa dia telah bertemu dan menyuap Bibit dan Chandra yang ternyata tidak benar.Begitu pula kasus Antasari hingga hakim pun memutuskan bersalah padahal saksi kunci seperti mantan Kapolres Jaksel, Wiliardi Wizar mengaku bahwa dia disuruh membuat BAP agar Antasari dijebloskan ke penjara dengan menyatakan Antasari yang memerintahkan pembunuhan. Ternyata tidak benar.


Harusnya polisi membawa tersangka ke pengadilan agar bisa diadili dengan adil.Jangan sampai orang yang tidak berdosa mati tanpa peradilan yang sah.


Foto teroris dengan pistol di tangan, tapi tidak digenggam dan jari dipelatuk agak aneh. Harusnya jika tidak tergenggam kuat dengan jari di pelatuk, maka pistol itu jatuh ke bawah. Betulkan posisi pistol memang begitu atau cuma diselipkan


Cuma militer yang bisa membunuh orang tanpa peradilan. Bukan polisi.


Bawa ke pengadilan. Jika terbukti bersalah, terserah apakah teroris itu dihukum mati atau dimutilasi.


Prestasi polisi menangkap teroris memang bagus. Namun harusnya tidak main tembak mati. Tapi dibawa ke pengadilan agar bukan orang yang tidak bersalah yang tertembak mati. Kan kemarin polisi Depok salah menangkap Dosen UI sebagai pelaku hingga babak belur. Untung tidak ditembak mati langsung.


Kasus salah tangkap oleh polisi sudah sering terjadi. Tempo menulis bahwa dari Februari 2009 hingga 7 Desember 2009 saja sudah 4 x polisi salah tangkap. Jose Rizal di Depok dipukuli sampai babak belur oleh polisi padahal dia tidak bersalah. Seorang bapak juga dipukuli sampai babak belur oleh polisi karena dituduh merampok padahal ternyata tidak.


Bahkan Hambali alias Kemat (26) dan Devid Eko Priyanto (17), warga Desa Kalangsemanding. Keduanya divonis 17 dan 12 tahun penjara dengan tuduhan membunuh Asrori padahal sang jagal Ryan mengaku sebagai pembunuh Asrori.


Sekali lagi teroris yang kejam memang harus dihukum mati. Di sisi lain kasus polisi salah tangkap juga sering terjadi. Jadi sebaiknya polisi jangan main tembak mati terhadap orang yang diduga teroris. Sebaliknya bawa ke pengadilan biar hakim yang memutuskan apakah dia bersalah atau tidak.


Keberhasilan polisi menangkap teroris patut dipuji. Namun alangkah baiknya jika polisi tidak main tembak mati. Lebih baik lagi jika polisi juga menangkap copet yang sering beraksi di pasar, stasiun, dan angkutan umum, penodong, perampok, dan sebagainya. Karena mereka itu justru setiap hari menyusahkan masyarakat.


Prinsip Hukum yang Universal adalah: “Asas Praduga Tak Bersalah” atau “presumption of innocence”. Semua orang dianggap tidak bersalah. Jadi Densus 88 tidak bisa main tembak mati orang begitu saja.


Nanti pengadilanlah yang membuktikan apakah orang itu bersalah atau tidak bersalah. Pengadilanlah yang memutuskan apakah seseorang dihukum mati atau dibebaskan.


Polisi sudah sering salah tangkap, termasuk Densus 88. Ada yang sampai babak belur dipukuli polisi ternyata tidak bersalah, ada pula yang sampai divonis 17 tahun sebagai pembunuh Asrori ternyata si jagal Ryan mengakui bahwa Ryanlah pembunuhnya.


Kalau Polisi salah tangkap mungkin masih bisa minta maaf: “Maaf kami salah tangkap”.


Tapi kalau polisi salah tembak mati orang apakah polisi akan berkata: “Maaf kami salah menembak mati keluarga anda?”


Kalau AS bisa menangkap teroris hidup2, masak petinggi Polri yang begitu hormat pada AS tidak bisa meniru hal itu?



Berbagai Kasus Salah Tangkap oleh Polisi termasuk Densus 88:


http://www.tempointeraktif.com/hg/fokus/2009/12/07/fks,20091207-974,id.html


Lagi-Lagi Polisi Salah Tangkap



Senin, 07 Desember 2009 | 09:08 WIB



TEMPO Interaktif, Jakarta -Kasus salah tangkap oleh kepolisian kembali terulang. Kini penulis buku dan Direktur Komunitas Bambu, JJ Rizal menjadi target salah sasaran anggota Kepolisian Sektor Beji, Depok.



Rizal disergap lima anggota Polsek Beji berpakaian preman kemarin (6/12), saat dirinya melintasi jembatan penyebrangan Depok Town Sqaure. Rizal yang tak mengerti apa-apa, mencoba memberontak dari sergapan tersebut. Namun sayang, kelima polisi tersebut menghujamkan pukulan dan tendangan ke Rizal. Para polisi juga menodongkan senjata ke arah Rizal.



Aksi kekerasan pun terhenti saat Rizal berteriak meminta tolong dengan menyebut kata "Polisi!!". Ternyata Rizal tak sadar jika dirinya tengah dipukuli polisi. Dia baru menyadari saat salah seorang anggota yang memukulinya mengeluarkan kartu indentitas kepolisian.



Setelah menjalani proses interogasi di kantor Polsek Beji, barulah diketahui bahwa penyergapan tersebut salah sasaran, alias polisi salah tangkap. Kasus tersebut pernah terjadi tiga kali dalam tahun ini. Artinya, yang dialami Rizal adalah yang kempat, sejak Februari 2009.



Diawali dengan pergelaran operasi pemberantasan kejahatan jalanan pada Februari lalu, Kepolisian Daerah Metro Jaya diduga salah menangkap dua orang bernama Lutfi, 43, dan Ahmad Dahlan, 32. Keduanya disangka tukang parkir liar.



Pada 8 Juni, Kepolisian Sektor Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat salah menangkap targetnya, pencuri laptop, kamera, dan telepon seluler milik seoragn warga. Korban saat itu adalah Syahrul Ramadhan Burhanudin, 15, yang ditahan selama 63 hari.



Lalu pada 24 November 2009, Kepolisian Resor Jakarta Utara menangkap Ade Yulizar, 40, yang dituduh terlibat perampokan. Ade pun sempat dihajar oleh polisi. Dan kini hal serupa terjadi pada JJ Rizal, yang disangka sebagai bagian dari kelompok kriminal. Pria berambut gondrong dan berkulit hitam itu akhirnya berencana menuntut pihak kepolisian.



Namun menurut Kepala Polsek Beji, Ajun Komisaris Sukardi seharusnya Rizal tak perlu melakukan perlawanan terhadap lima anggotanya itu. Meski begitu, Sukardi beserta jajarannya meminta maaf atas kejadian yang kurang menyenangkan, yang dialami Rizal pada Minggu malam tersebut.



TIA HAPSARI | SOFIAN



http://news.okezone.com/read/2010/03/09/337/310667/densus-88-sempat-salah-tangkap-di-pamulang


Densus 88 Sempat Salah Tangkap di Pamulang


Selasa, 9 Maret 2010 - 13:51 wib


Amirul Hasan - Okezone



TANGERANG - Densus 88 antiteror yang melakukan penggerebakan dan baku tembak di sebuah ruko di Pamulang, Tangerang Selatan, pada Selasa siang sempat salah menangkap orang.



Menurut salah seorang saksi mata, Agus mengatakan, salah tangkap tersebut terjadi sesaat setelah baku tembak yang terjadi di warung internet Multiplus di Jalan Siliwangi, Pamulang.



“Dia dibawa polisi untuk diinterogasi di salah satu gedung yang berada di sebelah warnet,” kata pria setengah baya ini kepada okezone di lapangan, Selasa (9/3/2010).



Dia menceritakan, pria yang berusia sekira 28-an itu dibawa paksa dengan kawalan ketat. “Lengan pria yang menggunakan baju hitam dan celana ¾ itu sampai lecet,” tandasnya.



Sementara itu, seorang wanita yang diduga sebagai istrinya sang pria, langsung ke luar dari salon dan menghampiri petugas Densus 88. “Wanita itu berada di salon yang tidak jauh dari lokasi penggerebakan. Wanita itu langsung meminta agar suaminya dibebaskan,” tandasnya.



Setelah 10 menit berselang, pasangan tersebut akhirnya dibebaskan oleh petugas. “Polisi sempat minta maaf kepada mereka,” tuturnya.



Namun karena terburu-buru keluar salon, wanita yang mengenakan kaos hijau ketat itu kehilangan dompet dan dua telepon genggamnya. “Sudah ditelpon tetapi tidak diangkat,” tambahnya.(kem)


http://www.poskota.co.id/poskota-tv/2009/11/24/salah-tangkap-bapak-dua-anak-dihajar-polisi-yahyawd


Salah Tangkap, Bapak Dua Anak dihajar Polisi-yahya/wd



Selasa, 24 November 2009 - 19:50 WIB


JAKARTA (Pos Kota) – Salah tangkap, bapak dua anak dihajar polisi hingga babak belur, Selasa (24/11). Sebelumnya korban dituduh merampok juragan sembako di daerah Koja Jumat (20/11) malam lalu.



Luka sobek dan memar menghiasi di wajah Dade, 40. Pria yang berprofesi sebagai sopir perusahaan pelayaran ini dijemput aparat Polres Jakut di rumah kontrakannya, Jalan Kenanga, RT 02/10, Kel. Semper Barat, Cilincing.



‘Mereka datang jam lima pagi. Tanpa surat penangkapan, saya ditodong pistol dan digebuki. Padahal saya sudah bilang saya tidak bersalah,’ ujar korban yang sempat menjalani perawatan di RS Tugu Pelabuhan.



Setelah yakin kalau Dade bukanlah pelakunya, petugas kembali memulangkan pria asal Padang itu ke rumahnya. ‘Kami akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan korban,’ ujar Wakasat Reskrim Polres Jakut AKP Santoso yang ditemui di lokasi kejadian. (yahya/B)



http://www.detiknews.com/read/2008/08/27/185345/995834/10/ryan-bunuh-asrori-polisi-salah-tangkap



Rabu, 27/08/2008 18:53 WIB


Ryan Bunuh Asrori, Polisi Salah Tangkap


Djoko Tjiptono - detikNews



Mr X Korban Ryan Teridentifikasi


Jakarta - Terungkapnya fakta baru bahwa Mr X korban pembunuhan Verry Idam Henyansyah alias Ryan adalah Asrori alias Aldo memunculkan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah mayat siapakah yang selama ini diyakini sebagai Asrori?



Sebelumnya pihak keluarga yakin, Asrori dibunuh pada 22 September 2007. Pria kemayu itu ditemukan tergeletak tak bernyawa di kebun tebu di Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang. Meski muka sudah lebam karena ditemukan sepekan berselang, keluarga masih bisa mengenali jika mayat itu Asrori.



"Saya yakin itu Asrori, karena dia anak saya. Di kakinya ada bekas luka kena knalpot dan dari giginya saya juga bisa mengenal dia," kata Masyitoh, ibu Asrori beberapa waktu lalu.



Keyakinan Masyitoh semakin kuat saat polisi berhasil menangkap dua orang yang diduga sebagai pembunuh sang anak. Mereka adalah Hambali alias Kemat (26) dan Devid Eko Priyanto (17), warga Desa Kalangsemanding. Keduanya akhirnya diganjar vonis 17 dan 12 tahun penjara.



Namun belakangan, semua kisah pembunuhan Asrori itu terbantahkan oleh pengakuan Ryan. Pria kemayu itu mengatakan polisi salah tangkap. Menurut Ryan, Asrori tewas di tangannya.



Awalnya pengakuan Ryan ini tidak dipercaya begitu saja. Maklum, tersangka pembunuhan berantai ini kerap memberikan pengakuan yang berubah-ubah. Tapi hasil tes DNA menunjukkan keluarga Ansrori identik dengan mayat Mr X yang ditemukan terkubur di rumah Ryan. Sederhananya, mayat Mr X itu adalah Asrori.



Lalu mayat siapa yang ditemukan di kebun tebu tersebut? Adalah tugas polisi untuk mengungkap misteri tersebut.



Begitu pula dengan nasib kedua orang yang terlanjur divonis bersalah. Jika pengakuan Ryan benar, berarti mereka adalah korban salah tangkap. Dan sudah semestinya hak-hak mereka yang terampas direhabilitasi. (djo/djo)



http://www.detiknews.com/read/2008/08/28/105553/996111/10/salah-tangkap-pembunuh-asrori-akibat-polisi-over-acting



Kasus Ryan


Salah Tangkap Pembunuh Asrori Akibat Polisi Over Acting


Nala Edwin - detikNews



Jakarta - Salah tangkap dalam kasus pembunuhan Asrori alias Aldo bukanlah yang pertama kali terjadi. Kasus salah tangkap ini terjadi karena polisi sering over acting dalam menjalankan tugasnya.



"Polisi kita sering over acting. Yang penting ditangkap dulu orangnya. Selain itu juga ada tuntutan dari atasan," kata kriminolog Erlangga Masdiana kepada detikcom, kamis (28/8/2008).



Menurut Erlangga, dalam pemeriksaan, polisi seharusnya tidak hanya mengejar pengakuan tersangka. Akibatnya tersangka yang belum tentu bersalah diintimidasi untuk mengaku.



"Seharusnya yang dikejar bukan pengakuan tersangka saja, tapi bukti dan fakta," katanya.



Erlangga juga meminta hakim lebih teliti melihat suatu perkara dan jangan hanya mengandalkan hasil interograsi polisi saja. "Hakim juga harus kritis dalam memeriksa suatu perkara," katanya.



Kasus salah tangkap ini bermula ketika Ryan mengaku menghabisi Asrori alias Aldo. Padahal Polres Jombang telah menetapkan Maman Sugianto, Imam Hambali dan David Eko Priyanto sebagai tersangka kasus pembunuhan itu. Bahkan Imam dan David telah menjalani hukuman 17 dan 12 tahun penjara. (nal/iy)


1 komentar:

  1. Apakah polisi indonesia selevel makaikat,kok maen bunuh aja

    BalasHapus