Sesungguhnya cara mengatasi kemacetan di kota Jakarta dan kota2 besar lainnya adalah dengan cara menganalisa sebab kemacetan dan kemudian memberikan solusi yang tepat. MRT meski bisa memperlancar, namun juga efektivitasnya terbatas. Kita tidak bisa berharap bahwa MRT yang dibangun dengan lajur Thamrin dan Sudirman itu bisa mengurangi kemacetan yang ada di jalan jenderal Gatot Soebroto, Kuningan, dan Pancoran.
Kita harus mencari titik-titik macet, menganalisa sebabnya, kemudian memberi solusi yang tepat.
Persimpangan dengan lampu merah seperti di Pancoran dan Kuningan adalah sumber kemacetan yang paling parah. Lama lampu merah yang bisa 10 menit dan kadang harus menunggu lampu merah-hijau hingga 3-4 kali seperti di Pancoran yang panjang macetnya 1-2 km membuat waktu terbuang 30-40 menit untuk jarak 1-2 km.
Ada juga penyempitan jalan seperti leher botol / bottle neck. Nah jika begini, pemerintah harus mengadakan pelebaran jalan minimal 1 jalur di sepanjang wilayah kemacetan. Jika kita hitung panjang kemacetan itu bisa 2000 meter lebih. Artinya di setiap jalur ada sekitar 500 kendaraan yang terjebak macet, Jika yang terjebak macet itu 2 jalur, berarti 1000 mobil. Dengan kecepatan 10 km/jam (10.000m/jam), paling tidak ada 5.000 kendaraan per jam yang terjebak kemacetan.
Ini saja dulu diadakan. Kemudian baru kurangi volume kendaraan dengan cara menyediakan angkutan massal yang nyaman, aman, dan terjangkau. Agar tidak tekor, untuk setiap kendaraan langsung diadakan subsidi silang. Misalnya orang kaya bayar Rp 10 ribu dengan fasilitas dapat tempat duduk di gerbong depan sementara yang miskin bayar Rp 3000 tapi berdiri di gerbong belakang. Kursi bagi orang tua dan yang sakit tetap ada namun terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar