Inilah Pembangunan Rumah dengan konstruksi Atap Baja Ringan. Kenapa pakai kerangka baja ringan? Karena penulis kapok dengan rangka kayu yang habis lapuk karena dimakan rayap. Laron juga kadang jadi banyak sekali.
Rangka kayu di atas lapuk hanya dalam 3 tahun karena kebetulan atap kami bocor. Ini karena kemiringannya kurang tapi memakai genteng sebagai atapnya. Harusnya memakai asbes, spandek, atau seng.
Harga atap baja ringan kurang lebih sama dengan kayu. Bahkan bisa lebih murah. Yang jelas tidak bisa dimakan rayap.
Meski begitu, untuk kekuatan, balok baja ringan untuk atap masih kalah dengan balok kayu ukuran besar. Jadi tidak bisa untuk lantai. Kalau mau pakai lantai, harus pakai balok baja khusus untuk lantai yang lebih tebal dan berat.
Alhamdulillah dengan luas atap sekitar 70 m2 (miring), total biaya kurang dari RP 25 juta. Ini sudah termasuk material dan tukang.
Biaya membengkak karena harus beli bambu untuk stegger dan juga mengecat separuh tembok rumah di bagian luar.
Atap memakai asbes dan plafon dengan GRC agar biaya lebih murah. Alhamdulillah saat hujan lebat rumah sudah tidak bocor lagi.
Pengalaman dalam membangun, jika tukang minta waktu 7 hari, jangan kita paksa jadi 4-5 hari. Apalagi kalau borongan. Akhirnya mereka bekerja terburu-buru. Hasil jadi kurang bagus.
Kalau bayarnya harian, memang lebih mahal, tapi mereka jadinya lebih rapi. Cuma harus rajin memandori agar mereka tidak malas-malasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar