Minggu, 27 April 2008

Stop Kenaikan Harga BBM dan Kekeliruan Subsidi Langsung

Akhir-akhir ini berkembang wacana dari INDEF dan KADIN untuk menaikan harga BBM. Alasannya subsidi BBM Rp 126 trilyun sudah terlalu besar dan bisa dialihkan menjadi subsidi langsung ke bidang pangan dan kesehatan untuk rakyat. Selain itu selisih harga BBM subsidi dan non subsidi hendaknya tak lebih dari Rp 1000/liter saja kata mereka.



Meski sekilas benar, namun wacana seperti ini tak lebih dari penipuan yang akan membuat rakyat semakin menderita.



Pertama-tama kenaikan harga BBM ini bukan cuma sekali-dua kali. Tapi sudah terjadi berkali-kali dari harga premium Rp 450/liter, kemudian naik jadi Rp 700, rp 1.000, 1.300, hingga jadi Rp 4.500/liter seperti sekarang. Toh apakah pangan jadi lebih murah? Beras raskin saja harganya saat ini jadi Rp 2.500/kg. Lebih mahal ketimbang beras biasa sebelum kenaikan karena seiring kenaikan harga BBM, maka harga pangan otomatis akan naik sebab pangan itu didistribusikan pakai kendaraan. Bukan digemblok dengan jalan kaki saja...



Kemudian apakah saat ini kesehatan jadi terjangkau oleh rakyat? Jangankan sehat, rakyat lapar saja pemerintah tidak mampu mengatasinya. Diperkirakan saat ini 5 juta BALITA mengalami kurang gizi/busung lapar karena kelaparan.



Satu alasan kenapa subsidi langsung untuk rakyat miskin tidak jalan adalah karena kriteria orang miskin di Indonesia tidak tepat. Terlalu rendah. Kriteria orang miskin di Indonesia adalah jika pendapatan mereka kurang dari Rp 167 ribu per bulan atau hanya Rp 5.500 per hari (kurang dari US$ 0,6/hari). Padahal setahu saya biaya kontrak/indekos saja paling murah Rp 100 ribu/bulan (orang miskin jarang punya rumah sendiri). Kemudian biaya makan paling tidak rp 3.000 sekali makan. Kalau 3 x makan biayanya Rp 9.000. Dengan garis kemiskinan yang sangat rendah ini, jumlah orang miskin di Indonesia ada 37 juta jiwa. Jika gaji anda Rp 200 ribu/bulan, menurut kriteria ini anda orang kaya dan tidak layak disubsidi!



Sementara menurut standar Bank Dunia, garis kemiskinan absolut adalah US$ 1/hari untuk satu orang. Sementara Garis kemiskinan moderat US$ 2/hari. Dengan standar Bank Dunia, jumlah orang miskin absolut di Indonesia ada 62 juta jiwa. Dari kriteria garis kemiskinan ini saja sudah ada 25 juta rakyat miskin absolut yang tidak dapat bantuan dan bisa kelaparan!



Bahkan di Kalsel saja 50% penduduk miskin belum terdata! Jadi harus diakui pemerintah kita tidak mampu menyalurkan bantuan langsung.



Jika memang ada yang tidak berhak menikmati subsidi BBM, harusnya pemerintah melarang pihak yang tidak berhak untuk menikmati subsidi BBM. Caranya yang boleh beli premium bersubsidi di pom bensin adalah kendaraan angkutan umum plat kuning, kendaraan truk/pick-up angkutang pangan. Kalau kendaraan pribadi seperti sedan atau minibus seperti kijang langsung dilarang membeli premium subsidi. Mereka harus beli pertamax atau premium non subsidi. Sementara kendaraan yang dipakai rakyat menengah bawah seperti angkutan umum dan angkutan pangan harus dapat Subsidi Langsung BBM. Harusnya sederhana kan?



Mengawasi penyalah-gunaan di beberapa pom bensin jauh lebih mudah ketimbang pemerintah harus memberikan bantuan langsung kepada 62 juta rakyat Indonesia yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia hingga di sawah, hutan, atau pulau terpencil. Belum lagi mental korup sebagian pejabat penyalur sehingga bantuan sering bocor di jalan.



Tidak semua pemakai BBM adalah kelompok menengah ke atas. Supir-supir angkot, bis, mikrolet beserta para penumpangnya umumnya golongan menengah bawah. Jika pemerintah tidak mampu menyalurkan bantuan langsung subsidi BBM melalui pom bensin yang ada, apalagi menyalurkan bantuan subsidir langsung beras, migor, dsb ke puluhan juta rakyat kecil.



Apakah nanti kendaraan plat kuning akan menjual premium subsidi ke perusahaan? Caranya tidak perlu pakai smart card yang efektivitasnya masih meragukan. Cukup dengan membatasi pembelian 10 liter per antri. Jadi untuk mendapat 40 liter mereka harus antri 4 kali. Bisa juga dicIni sudah cukup untuk membatasi penyalah gunaan. Bisa juga petugas POM memberi tanda/cat yang baru kering 24 jam kemudian pada mobil pembeli BBM bersubsidi sehingga tidak antri berkali-kali.



Pemerintah juga harus menaikan pajak STNK dan juga bea masuk mobil mewah untuk kendaraan pribadi hingga besarnya sama dengan masa ORBA yang bisa mencapai 400%. Saat ini bea masuk mobil mewah sangat rendah sementara subsidi BBM langsung untuk rakyat ingin dicabut. Ini jelas kebijakan yang tidak pro rakyat.



Alasan selisih harga terlalu besar dipakai untuk menaikan harga BBM hanya berakibat harga akan naik di luar jangkauan rakyat. Selisih Rp 1.000 untuk rakyat yang kaya dengan miskin itu terlalu kecil karena jurang antara kaya dan miskin sangat lebar di Indonesia. Orang kaya seperti Aburizal Bakrie punya harta sampai Rp 50 trilyun per tahun. Sementara keluarga Basse di Makasar yang mati kelaparan penghasilannya hanya Rp 150 ribu hingga 300 ribu per bulan.



Penaikan harga BBM akan mengakibatkan seluruh harga barang naik. Dan naiknya bukan cuma 1-3% seperti ramalan sebagian ”Ahli Ekonomi”, tapi lebih dari itu (kenaikan pangan saja saat ini mencapai 100% lebih). Subsidi pangan otomatis akan naik. Perusahaan-perusahaan yang saat ini hidup bagai zombie akan banyak yang gulung tikar dan pengangguran akan merajalela. Rakyat makin menderita.



Subsidi Langsung berbagai pangan seperti beras raskin, minyak goreng, minyak tanah, dsb akhirnya justru menghabiskan waktu rakyat. Rakyat tak dapat bekerja atau berusaha karena harus antri berjam-jam untuk mendapatkan beras , migor, atau pangan lain yang lebih murah. Terkadang ada Balita yang tergencet karena ibunya berebut beras raskin. Pemandangan seperti inikah yang diinginkan oleh orang-orang yang pro kenaikan harga BBM?



Sesungguhnya meski harga minyak naik sampai US$ 200/barrel pun Indonesia masih tetap untung karena produksi minyak domestik Indonesia jauh lebih besar dari impor dan biaya mendapatkan BBM hanya US$ 15/barrel (Rp 870/liter). Lihat perhitungan dan simulasinya di:



http://agusnizami.wordpress.com/2007/11/08/simulasi-harga-minyak-dengan-transaksi-minyak-indonesiaSebagaimana



Jika pemerintah ingin mencabut subsidi, sebaiknya pemerintah mencabut subsidi sekitar Rp 60 trilyun dalam bentuk bunga SBI dan ORI bagi orang kaya.



Rakyat sudah mensubsidi pemerintah sebesar Rp 500 trilyun dalam bentuk pajak sehingga para pejabat bisa menikmati gaji besar, mobil, dan rumah mewah. Oleh karena itu tidak sepantasnya para pejabat meributkan ”subsidi” BBM senial Rp 126 trilyun. Pemerintah cukup melarang pemilik mobil pribadi untuk beli premium bersubsidi. Ini sederhana sekali.


Indonesia merupakan eksportir minyak mentah terbesar di kawasan Australasia. Lebih separuh minyak yang kita produksi diekspor ke luar negeri.



Indonesia juga merupakan eksportir LNG terbesar di dunia. Indonesia mengekspor 70% produk batubara. Energi tersebut diekspor ke Jepang, Korsel, Taiwan, dsb. Jadi energi Indonesia memang diabdikan untuk Jepang, Korsel, Taiwan, dsb. Bukan untuk rakyat Indonesia.



.




11 komentar:

  1. hmmm beberapa komentar berdasarkan pengetahuan saya yang masih bau kencur ini:

    --> Kemiskinan itu kompleks dan multidimensi, jadi pengukuran kemiskinan sendiri memang sangat beragam. Karena itu sampai sekarang jarang ditemui indikator yang paling sempurna dalam menentukan kemiskinan. Setau saya di Indonesia sekarang kita lebih berat ke kalori untuk menentukan kemiskinan, sehingga komponen utama garis kemiskinan disusun berdasarkan minimal konsumsi kalori per hari.
    --> Ingat lho garis kemiskinan itu per orang, orang miskin, apalagi yang di kota, biasanya hidup bersama atau berkeluarga juga (tidak menyewa untuk dirinya sendiri). Kalau garis kemiskinan 167 ribu dan sekeluarga ada 4 orang maka sebenarnya sebulan garis kemiskinan untuk sebuah unit kehidupan terkecil (keluarga, kelompok tinggal) bisa mencapai 700 ribuan.
    --> Ukuran kemiskinan World Bank tidak bisa begitu saja diterapkan, karena ada prinsip yang namanya PPP (purchasing power parity) atau berkaitan dengan daya beli masyarakat di suatu negara. Mudahnya dengan jumlah uang yang sama pasti kita dapat lebih banyak pring nasi di Indonesia daripada di Amerika. Setau saya menurut PPP, daya beli kita tiga kali lipat lebih tinggi untuk jumlah uang yang sama. Jadi untuk garis kemiskinan ekstrim world Bank, 1 US$ per hari cara bacanya yang benar bukan berarti 9000 an per hari lho, tapi dengan PPP jatuhnya sekitar 3000 an sampai 4000 an per hari. Jauh lebih rendah to dari garis kemiskinan di Indonesia?

    -->

    BalasHapus
  2. beneran tuh harga di luar segitu..?? data tahun berapa boss..?

    BalasHapus
  3. Lihat di sini:
    http://infoindonesia.wordpress.com/2008/05/08/perbandingan-harga-bensin-di-seluruh-dunia/

    Di situ ada tanggalnya.
    Harga bensin di Venezuela rp 460/liter misalnya itu tanggal 12 Januari 2008.

    BalasHapus
  4. soalnya kalo pemerintah membuat skala kemiskinan rakyat secara rasional, nanti indonesia akan ketahuan banyak yg masih tergolong rakyat miskin.Ingat beberapa tahun lalu dengan skala kemiskinan yang relatif lebih tinggi,angka masyarakat miskin mencapai 80 juta. Makanya diturunkan skalanya. Pemerintah ketahuan malu....

    BalasHapus
  5. Pak, sebenernya cara ngingetin yang paling tepat ke pemerintah tuh gimana ya?
    Cem mana, banyak aksi tanpa tanggapan gitu.

    Tulisannya bagus

    BalasHapus
  6. revolusi aja yuk..?
    pusing dengan banyaknya teori dan itung-itungan..

    BalasHapus
  7. Tawakkal dan berdoa saja kepada Raja segalanya.
    Revolusi? Situ atau beberapa ratus temen situ mau maju ke istana kemudian didor...:)

    Hanya para pengangguran atau orang miskin yang sudah tidak punya apa-apa lagi yang mau senekat itu.

    Pemilu kan tinggal 14 bulan lagi. Jadi sabar dan santai saja.
    Nanti setelah BBM naik juga yang demo berenti, yang ngritik juga diam....:)

    BalasHapus
  8. Tak heran jika nasionalisme terkikis. Sepertinya pemerintah tidak punya itikad buat membela rakyat kecil.

    Siap mendukung revolusi, segenap buruh dan petani Indonesia.... Bersatulah!!!!

    BalasHapus
  9. gue pernah ndemo istana presiden, tuh..
    seminggu lebih malah..!
    buktinya nggak di dor! malah di kasih permen ma polisi2 yg jaga

    BalasHapus
  10. Selama inflasi tetap dipelihara jangan harap harga barang termasuk harga bbm akan turun , itulah sifat ribawi yg disodorkan kapitalisme. Thn 2005 premium rp 1500/ltr , thn 2008 rp 4500/ltr , thn 2011 bisa jadi 10000/ltr , pdhal dalam dirham harga premium tidak berubah , rata2 1 dirham/gallon ( 1 gallon = 3,785 liter). Info lanjut 085645283038.

    BalasHapus
  11. Pak admin , punten , ikut nimbrung ; ternyata harga bbm non subsidi stabil di harga 50 point , dmana 10000 point = 1 dinar = 4,25 grm emas 22k . Utk jelasnya bisa di cek pada ; http://indonesiasoftware.com/barter/kalkulator.php . Trims

    BalasHapus