Senin, 28 April 2008

Sebagian Besar Energi Diekspor - Energi Indonesia untuk Siapa?

Di bawah ini berbagai artikel yang mengungkap bagaimana Indonesia yang dilanda krisis energi justru merupakan eksportir besar di bidang energi.



Meski rakyat kesulitan mendapatkan energi seperti harus antri minyak tanah berjam-jam, BBM juga sering antri, PLN sering padam (bahkan di Jakarta tadi malam 26 April 2008 padam cukup lama selama berjam-jam) pabrik dan juga pengusaha transportasi merugi karena BBM naik, toh Indonesia merupakan eksportir minyak mentah terbesar di kawasan Australasia. Dari produksi 977 ribu bph (turun dari 1,3 juta bph), 500 ribu bph diekspor. Lebih separuh minyak yang kita produksi diekspor ke luar negeri.



Indonesia juga merupakan eksportir LNG terbesar di dunia. Indonesia mengekspor 70% produk batubara. Energi tersebut diekspor ke Jepang, Korsel, Taiwan, dsb.



Tak heran jika negara-negara yang tak punya minyak tersebut pabrik-pabrik dan industrinya tetap berkembang sementara pabrik-pabrik di Indonesia banyak yang tutup kekurangan energi atau bangkrut karena energi sudah tak terbeli lagi.



Jika sudah begitu, seperti judul artikel Kompas, Energi Indonesia untuk siapa?



Prospek Hubungan Indonesia - Jepang di Bidang Energi


Oleh Hanan Nugroho, PBIK



Jepang adalah tujuan utama ekspor energi Indonesia, yang saat ini merupakan pengekspor minyak mentah terbesar di kawasan Australasia, pengekspor batubara nomer tiga di dunia, dan pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia. Sekitar separuh dari ekspor minyak mentah, lebih seperempat ekspor batubara dan lebih tiga per empat ekspor gas alam cair Indonesia dikirim ke Jepang. Bahkan sebelum memasok ke Korea (1986) dan Taiwan (1990), seluruh produksi gas alam cair Indonesia diekspor ke negeri yang sangat mementingkan penggunaan bahan bakar akrab lingkungan itu


http://www.lab2.kuis.kyoto-u.ac.jp/~raymond/pebola/IndoJpnEnergi.html




RI Lanjutkan Ekspor Gas ke Jepang


Selasa, 21 Agustus 2007



JAKARTA—Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan agar ekspor gas ke Jepang dilanjutkan. Beberapa kontrak ekspor gas ke Jepang memang akan mulai habis pada 2010.


http://www.dumaipos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2559&Itemid=4




Energi Indonesia untuk Siapa?



Kompas. Di Tokyo, Presiden Yudhoyono mengumumkan Indonesia tetap akan meneruskan kontrak ekspor gas ke Negeri Sakura.



Kontrak pengiriman gas alam cair ke Jepang yang dimulai sejak 1971 berakhir pada 2010-2011.


Saat yang sama ketika Presiden berada di Jepang, terjadi kelangkaan minyak tanah di Jakarta. Ibu-ibu harus mengantre berjam-jam di pangkalan demi memperoleh jatah 2-3 liter minyak tanah. Produk ini di pasar internasional disebut kerosin, dan kerosin murni dipakai sebagai bahan bakar pesawat jet sehingga harganya sangat mahal. Di Indonesia, kerosin digunakan untuk menyalakan kompor dan dipakai untuk oplosan mesin motor nelayan yang tidak mampu membeli solar.



Setahun terakhir, warga Medan mengalami pemadaman bergilir tiga kali sehari, persis seperti jadwal makan obat, karena krisis pasokan listrik yang sangat parah di Sumatera Utara. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sicanang di Belawan yang menjadi pemasok utama listrik di kota itu sudah lama tak mampu beroperasi maksimal karena pasokan gas terus menurun. Dengan kondisi keuangan yang terbatas, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak sanggup membakar bahan bakar minyak lebih banyak untuk menggantikan gas.



Potongan-potongan fakta di atas jika direkatkan menjadi potret kekisruhan kebijakan pemanfaatan energi nasional. Indonesia belum bisa lepas dari kutukan sebagai negeri yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi gagal memanfaatkan sumber daya itu sebaik-baiknya untuk menyejahterakan masyarakat. Penyebabnya adalah ketidakmampuan pengelolaan energi nasional oleh pemerintah.



Dari segi cadangan energi, Indonesia memiliki batu bara yang bisa diproduksi sebanyak 19,3 miliar ton, cadangan gas 182 triliun kaki kubik, dan cadangan minyak mentah 8 miliar barrel. Dari jumlah itu, jika tidak ada eksplorasi untuk menemukan cadangan baru batu bara hanya cukup untuk 147 tahun, gas bertahan hanya untuk 61 tahun, bahkan minyak bumi hanya mampu bertahan untuk kebutuhan 8 tahun.



Produksi batu bara Indonesia tahun ini 153,7 juta ton dan sekitar 70 persen diekspor. Produksi minyak bumi, termasuk kondensat, tahun ini diproyeksikan kurang dari 1 juta barrel per hari dan sekitar 500.000 barrel diekspor. Produksi gas alam Indonesia tahun 2005 tercatat 8,13 miliar kaki kubik per hari dan sekitar 58,4 persen diekspor dalam bentuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), elpiji, dan melalui pipa.


http://www.plnjaya.co.id/berita/berita_peristiwa.asp?do=view&id=2909&idm=5&idSM=1




6 komentar:

  1. nyesek banget baca post ini. Kayanya untuk menikmati hasil kekayaan alam Negara Indonesia kita sepertinya harus pindah kewarganegaraan. Kondisi kita sekarang ini mungkin gak ada bedanya dengan jaman penjajahan Belanda/Jepang tempo doeloe. Miris.

    BalasHapus
  2. seandainya ada pemimpin lagi yang kayak soekarno..

    BalasHapus
  3. Ini cerita tentang kegagalan perencanaan perekonomian negara.

    Dulu (1980-1990an) pemerintah sangat bangga bisa mengekspor minyak dan gas ke Jepang dan Singapura dengan kontrak yang digambarkan sangat besar. Mungkin waktu itu hanya saya yang sedih karena belum bisa punya kompor gas, sementara keki banget ngurusin perawatan kompor minyak tanah tiap 2-3 bulan.

    Apa pemerintah tidak menghitung kenapa negara-negara tersebut sudah pesan energi dari jauh-jauh hari karena mereka sudah memproyeksikan kebutuhan energinya sampai berpuluh tahun ke depan sesuai dengan proyeksi pertumbuhan industrinya.

    Maunya bergaya seperti Brunei atau negara-negara Arab, hanya hidup dari migas, tidak perlu industri yang tidak berkaitan dengan migas. Namun apa daya stok gak sampai (salah ngitung?), sementara hasilnya harus dibagi ke 200jutaan orang. Akhirnya migas tidak bikin cukup, tapi industri lain pun tidak kompetitif.

    Kesalahan perencanaan di zaman Orde Baru harus dibayar oleh generasi setelahnya dengan pahit.

    BalasHapus
  4. ujung-ujungnya yang korupsinya yang makin gila

    BalasHapus
  5. Penjual punya barang mestinya posisi tawar lebih kuat, lagipula kalau perjanjian kontrak jual beli jangan trlalu lamajangka waktunya dong cukup max 5 th ini kok 30 th lb, dan kalau exsport material mestinya berupa barang jadi siap pakai, saatnya kita bertindak cerdas mensyukuri pemberian tuhan ini.

    BalasHapus
  6. kalau begini , bikin aja bbm sintetis seperti afrika selatan , www.sasol.com atau Jerman , www.choren.com. Orang lain bisa , kita pasti bisa . Yes , we can.

    BalasHapus