Minggu, 13 Desember 2009

Pertamina Coba Kelola Migas di Luar Negeri

Kasihan Pertamina kalah tender untuk mendapatkan 2 lapangan minyak di Iraq karena dikalahkan Petronas. Di sisi lain, ini membuktikan bahwa sebenarnya bangsa kita mampu mengelola migas sendiri sehingga Pertamina diperkenankan mengikuti tender pengelolaan minyak tersebut. Bahkan di berbagai perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia pun kita akan dapati mayoritas pekerjanya adalah putra dan putri Indonesia.


Jadi seharusnya pemerintah bisa menyerahkan pengelolaan minyak di Indonesia seperti Blok Cepu ke Pertamina. Berusahalah jadi bangsa yang mandiri. Jangan bangsa jadi bangsa kuli yang membiarkan kekayaan alamnya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan migas asing.


Kasihan juga melihat Pertamina mencoba "mengais" minyak di luar negeri, sementara 90% ladang migas di Indonesia justru dikuasai perusahaan-perusahaan asing.


Senin, 14/12/2009 08:30 WIB
Pertamina Kalah di Irak Karena Minta 'Upah' Lebih Tinggi
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance


Jakarta - Pertamina gagal mendapatkan dua lapangan minyak yang diincarnya dalam lelang tahap II blok Migas di Irak. Kegagalan itu disebabkan karena Pertamina meminta 'upah' yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya.


"Kami kalah bersaing karena remunerasi fee per barrel yang kita tawarkan lebih tinggi dari kompetitor," ujar Direktur Usaha Internasional PT Pertamina Hulu Energy, Dwi Martono saat berbincang dengan detikFinance, Senin (14/12/2009).


Dwi mengakui, dalam tender tersebut Pertamina mengincar dua lapangan minyak yaitu West Qurna-2 dan Garraf. Untuk ladang minyak West Qurna-2 yang memiliki cadangan hingga 12,9 miliar barel, Pertamina menggandeng Petronas dan Petro Vietnam. Sementara untuk lapangan minyak Garraf, Pertamina maju sendirian.


Dalam pengumuman pemenang tender yang dilakukan pemerintah Irak, ternyata Pertamina tidak mendapatkan satupun lapangan yang diincarnya. West Qurna-2 yang merupakan ladang minyak terbesar ini jatuh ke tangan Lukoil yang menggandeng StatoilHydro.


Lukoil dan StatoilHydro meminta 'upah' 1,15 dolar per barel untuk setiap minyak yang diekstraksinya dari ladang tersebut. Produksi dari ladang tersebut diperkirakan mencapai 1,8 juta bph. West Qurna-2 saat ini tercatat memiliki cadangan hingga 12,9 miliar barel, dan terletak di bagian Selatan hingga Timur Irak.


Untuk ladang Garraf, Pertamina dikalahkan oleh konsorsium Petronas dan Japex. Konsorsium ini meminta 'upah' 1,49 dolar per barel dengan produksi sekitar 230.000 bph.


Dwi menambahkan, penawaran yang diajukannya merupakan penawaran terbaik yang dapat diberikan Pertamina. Menurutnya, jika BUMN Migas tersebut ngotot menurunkan penawarannya maka tidak akan ekonomis.


"Penawaran yang kami ajukan sudah berdasarkan perhitungan keekonomian proyek. Kalau kami ajukan dibawah itu maka tidak akan ekonomis," ungkap dia.


Seperti diketahui, Pemerintah Irak kembali mengumumkan pemenang tender pengelolaan blok migas tahap II. Pemerintah Irak berharap dengan pengumuman kontrak ini bisa membawa produksi minyaknya menjadi 12 juta barel per hari (bph) sehingga bisa sejajar dengan produksi minyak terbesar dunia yang kini dipegang Arab
Saudi.


Dengan cadangan minyak 115 miliar barel, Irak saat ini tercatat sebagai pemilik cadangan terbesar ketiga di dunia setelah Arab Saudi dan Iran. Penjualan minyak Irak saat ini menyumbang 85% dari pendapatan pemerintah.


Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Hulu Energy tercatat sebagai salah satu peserta. Pertamina tercatat dua kali mengikuti tender migas di Irak. Pada tender pertama, Pertamina mundur karena menilai harga yang ditawarkan pemerintah Irak untuk setiap barel minyak yang diproduksinya tidak layak.


(epi/qom)
http://www.detikfinance.com/read/2009/12/14/083010/1259423/4/pertamina-kalah-di-irak-karena-minta-upah-lebih-tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar