Di berbagai jalan di kota-kota Indonesia banyak kita dapati anak-anak yang mengamen atau mengemis. Ternyata tidak saja merupakan anak pengamen atau pengemis. Namun banyak juga anak-anak yang diculik dari orang tuanya oleh sindikat penculik untuk dijadikan pengamen atau pengemis. Di bawah adalah beritanya.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah baik polisi, satpol pp (pamong praja), dan sebagainya harusnya mengumpulkan (dengan cara yang baik dan persuasif) para pengamen dan pengemis anak-anak untuk ditampung di Panti Asuhan Negara. Sehingga para orang tua yang kehilangan anaknya bisa mencari anaknya di sana.
Selain itu harusnya polisi bisa menangkap komplotan/preman yang menculik anak-anak tersebut untuk dijatuhi hukuman mati karena dosa mereka sangat besar. Memisahkan anak dengan orang tuanya. Jika perlu ditembak mati layaknya teroris.
Bagi para dermawan, ada baiknya pemberian diberikan dalam bentuk makanan. Jika bisa membawa ke panti asuhan terdekat lebih baik lagi.
Siswa SD Hilang Diduga Diculik
Jumat, 3 September 2010 20:26 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal
Semarang (ANTARA News) - Seorang siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri III Candisari Semarang, Jawa Tengah, hilang diduga diculik komplotan penculik anak.
"Anak kedua saya, Diva Bagas Pratama (10), tidak pulang ke rumah sejak Senin (30/8). Sebelumnya saya sudah berusaha mencari ke beberapa tempat namun tidak berhasil," kata ibu kandung korban Sri Mujiati (40) saat melapor ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar Semarang, Jumat.
Ia mengatakan berdasarkan keterangan dari Yuniar (8) adik korban yang juga belajar di sekolah yang sama, saat kejadian korban dijemput lima pria dewasa beberapa saat setelah keluar dari halaman sekolah.
"Bagas kemudian terlihat pergi bersama kelima pria yang tidak dikenal dengan mengendarai sepeda motor," ujarnya.
Warga Jalan Lamper Tengah I Nomor 550 Semarang Selatan itu mengatakan pada 12 Agustus 2010 korban pernah menghilang saat sedang membeli sesuatu di warung dekat tempat tinggalnya.
"Namun sekitar dua minggu kemudian Bagas ditemukan saat sedang mengamen di lampu pengatur lalu lintas di Jalan Tentara Pelajar Semarang," kata wanita yang berprofesi sebagai buruh serabutan itu.
Berdasarkan pengakuan Bagas beberapa saat setelah ditemukan, katanya, lokasi mengamen selalu berpindah dan korban tidak berani melarikan diri karena selalu diawasi oleh seseorang.
"Pada waktu dipekerjakan sebagai pengamen, anak saya mengaku diajak ke rumah penampungan yang dihuni belasan anak-anak pengamen," ujarnya.
Terkait menghilangnya Bagas yang diduga diculik, ibu korban mengaku khawatir kalau anaknya kembali dipekerjakan sebagai pengamen di jalanan.
http://www.antaranews.com/berita/1283520367/siswa-sd-hilang-diduga-diculik
Bocah Diculik Sindikat Pengamen
Liputan 6 - Kamis, 7 Oktober
Liputan6.com, Depok: Sepasang suami istri di Depok, Jawa Barat, melapor ke polisi, Rabu (6/10), setelah anak mereka yang berusia delapan tahun tidak pulang ke rumah sejak 31 Agustus silam. Diduga Muhammad, sang bocah yang kini duduk di kelas tiga sekolah dasar dijadikan pengamen oleh sindikat penculikan anak.
Abu dan Endang sebenarnya sempat menemukan sang buah hati saat sedang mengamen di wilayah Bogor. Namun saat itu, seorang pria yang dikenal dengan sebutan Aa` Punk langsung membawa lari anaknya dengan kendaraan umum. Atas kejadian itu, orang tua korban langsung membuat laporan penculikan kepada polisi. Kasus ini masih diselidiki aparat Polres Metro Depok.(JUM)
http://id.news.yahoo.com/lptn/20101006/tpl-bocah-diculik-sindikat-pengamen-b03a71c.html
Bocah Melisa Diculik, Dipaksa Mengemis
Selasa, 28 September 2010 - 12:57 WIB
BEKASI (Pos Kota)-Rumah petak yang dihuni keluarga Ambarsari, 33 dan Ali, 28, berukuran 3 x 6 meter, disekat menjadi tiga bagian. Ruang tamu kamar tidur dan dapur. Tak ada tempat duduk, hanya ada satu unit teve berukuran 14 inci yang gambarnya ‘renyek’ di atas sebuh buffet.
Kontrakan milik Hj Ita ini, berada di Kampung Rawabambu RT 001/02, Kelurahan Kalibaru, Medansatria atau tepatnya di belakang Stasiun KA Kranji. Rumah ‘tipe 18’ ini dihuni enam orang, salah satunya Melisa Novitasari, 5, anak ketiga pasangan yang sehari-hari berdagang buah di stasiun.
Melisa, adalah korban penculikan anak yang dilakukan sindikat pemasok pengemis di daerah Bogor. “Dia ngakunya tidur bersama belasan anak-anak kecil,” ujar Ny Ambarsari, saat disambangi Pos Kota, semalam.
Penuturan itu setelah Imel, sapaan akrab Melisa ditemukan saat operasi gepeng di kawasan Depok, Jawa Barat dan bercerita pada ibunya .
Satu dari dua pelaku yang masih remaja sudah diamankan Polres Metro Bekasi. Polisi menurut Kombes Iman Sugianto, masih menelusuri organisasi ini dan dalam waktu dekat akan dilakukan penggerebekan di lokasi yang dijadikan sarang bocah yang diculik dan dijadikan pengemis serta pengamen.
JUMAT MALAM
Imel sendiri masih nampak trauma, menerima kedatangan Pos Kota. “Dia memang sering menyebut-nyebut botak, kepada semua orang yang baru dikenalnya,” Tutur Ali, ayah tirinya. Ali menyebutkan lelaki yang menculiknya memang sering disebut botak.
Sedangkan Ambarsari mengatakan, Imel diculik selesai berbelanja di Naga Swalayan, Jl Sudirman, Kranji, pada Jumat malam. “Saat itu dia sedang bermain bersama Ester dan temanya. Dari Esterlah saya tahu kalau sibotak yang memang sering datang ke kekontrakan yang membawa pergi,” ujar Ambarsari.
Pencarian pun dilakukan, namun hingga Sabtu pagi tidak ditemukan, karena itu dia pun melapor ke Polsek Bekasi Barat karena kejadiannya masuk polsek itu. Upaya lain dilakukan keluarga miskin ini, sejumlah poster Melisa ditempel di mana-mana. “Di kereta juga ditempel termasuk di Stasiun Kota, Bekasi, Bogor dan Depok,” ujar Ali, sambil mengatakan sejumlah pedagang asongan di atas KRL pun diberi poster.
Upaya ini pun tak sia-sia, karena sejumlah pedagang asongan yang melihat Melisa menangis di Stasiun Depok, memberitahu petugas Satpol PP dan mengamankannya, kemudian kedua orang tua Melisa pun diketahui dan pelaku penculikan pun ditangkap.
NGEMIS DI PASAR
Pengamalan Melisa ini sungguh memilukan, bocah polos ini mengatakan kepada ibunya, sering dijewer kalau tidak mau mengemis. “Imel disuruh minta-minta di pasar yang banyak orangnya Mah,” tutur Ny Ambarsari menirukan ucapan anaknya. Kadang-kadang dia pun pernah ngemis di toko-toko, seperti yang diceritakannya.
“Dia ngaku pernah ngemis di pasar di daerah Bogor,” ujarnya, sambil mengatakan sebelumnya pada Jumat malam dia ngemis di GOR Bekasi dan Stasiun Bekasi lalu dibawa ke Bogor.
Keluarga Ambarsari ini mengaku meski dirinya miskin, tidak rela anaknya dijadikan pengemis. Karenanya dia akan menemui si Botak, lelaki yang disebut-sebut anaknya dan sekarang sudah di Polres Metro Bekasi.
Ambarsari saat menikah pertama kali memiliki anak, empat masing-masing Yunita, 16, Abdul, 14, keduanya tidak bersekolah dan menjadi pengasong di KRL, kemudian Melisa dan Aditya, 2. (saban/B)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/09/28/bocah-melisa-diculik-dipaksa-mengemis
SUARA PEMBARUAN DAILY
Setelah Diculik 8 Bulan, Melly Jadi Agresif
Melyaningsih (4 tahun) yang biasa dipanggil Melly, korban penculikan yang dipekerjakan sebagai pengemis dan pengamen, kini berubah menjadi agresif. Selama dipekerjakan oleh penculiknya, bocah ini diberi nama Dewi Alfabet. Dia terlihat lincah dan ekspresif ketika SP menemuinya, di Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (18/9).
Sekilas, Melly yang terpisah delapan bulan dengan keluarganya itu tampak seperti anak laki-laki. Tubuh mungilnya nampak lincah bergerak ke sudut ruangan aula Kantor Komnas PA. Ketika ia berbicara, suara melengkingnya yang menandakan bahwa bocah ini adalah anak perempuan.
Melly tampak bersahabat ketika sejumlah wartawan mencoba mendekati dan bertanya-tanya kepadanya. Suara melengkingnya lagi-lagi terdengar. Keceriaannya menunjukkan ia nyaman bersama keluarganya yang terpisahkan sejak 8 Januari 2007.
Berdasarkan pengungkapan Rio, kakak lelaki Melly, seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal Komnas PA Arist Merdeka Sirait, Melly dibawa seorang wanita bertubuh gemuk, berkulit gelap, dengan jari jempol kaki agak pecah. "Inilah informasi awal yang diungkap Rio, dan informasi inilah yang kemudian digunakan untuk membekuk tersangka yang bernama Suprihati," ujar Arist.
Melly kembali ke pelukan kedua orangtuanya, Selasa (11/9), setelah diculik Suprihati dan dipekerjakan sebagai pengamen dan pengemis di daerah Slipi, Tanah Abang, dan Pasar Minggu. Sejak bersama Suprihati, Melly terpaksa berambut cepak dan tidur di emperan pertokoan di Depok.
Sekitar enam bulan anak itu dipaksa mengamen dan mengemis, dari satu bus ke bus lainnya. Ketika mereka tengah mengamen, Melly terpisah dari Suprihati yang turun lebih dulu. Melly pun dibawa ke pos polisi Kalibata dan diserahkan ke Departemen Sosial, kemudian dirawat di rumah perlindungan anak Bambu Apus.
Isu penculikannya yang gencar diberitakan media massa inilah yang membawa anak bungsu dari tiga bersaudara itu kembali bertemu keluarganya. "Saya berterima kasih, karena media, baik cetak maupun elektronik telah membantu saya menemukan anak saya," kata Melodi, ayah Melly.
Kasus penculikan Melly terungkap ketika tersangkanya dapat dibekuk, Minggu (9/9) lalu, di emperan Depok Town Square. Melly yang dikenal sebagai Dewi, kemudian diserahkan petugas Rumah Perlindungan Anak ke Polres Depok, lalu dipertemukan dengan keluarganya.
Nama Dewi Alfabet terlanjur melekat dalam diri anak ini. Ia sering tidak sadar jika dipanggil nama aslinya. "Ia suka nggak sadar dipanggil Melly, tapi sekarang karena sudah di rumah kakaknya kami sering panggil dia Melly. Yah pelan-pelan," ujar Melodi dengan sabar.
Perubahan tingkah laku juga sangat jelas terlihat, seperti yang dikatakan Melodi. "Melly sekarang lebih lincah, mungkin karena sudah kebiasaan hidup di luar, di jalanan, jadi seperti orang bebas," tuturnya.
Diskriminatif
Sementara itu, Arist mengatakan, perlakuan diskriminatif pihak kepolisian seharusnya bisa dihindari. Lambatnya kerja polisi dalam mengungkap kasus penculikan Melly dinilai sebagai perlakuan diskriminatif karena Melly adalah anak dari keluarga miskin.
Melodi, pedagang obat keliling, melaporkan kasus penculikan Melly ke pihak kepolisian sejak 11 Januari. Sejak saat itu Melodi berharap putri kesayangannya akan segera kembali. Namun, karena tak kunjung ditemukan sampai tujuh bulan, ia pun melaporkan kasusnya ke Komnas PA, 11 Agustus lalu.
"Barulah sejak 29 Agustus, polisi mulai bergerak mencari Melly. Sementara laporan sudah masuk sejak Januari, prosesnya baru berjalan dua minggu sebelum ditemukan," ujar Arist.
Arist berharap, polisi mau be- kerja lebih keras lagi mengungkap kasus-kasus penculikan anak, atau kasus serupa akan terus bertambah. Perlakuan polisi terhadap setiap kasus juga harus adil. "Janganlah kasus ini dilupakan karena berasal dari keluarga miskin, sementara kasus yang lain karena berasal dari keluarga kelas atas lebih diutamakan," tutur Arist. [CNV/S-26]
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/19/Kesra/kes04.htm
walahh.. kasihan tuh..
BalasHapusSmoga para penjahat penculik anak dapat ditangkap oleh aparat dan hal ini perlu direspon dengan serius demi menyelamatkan anak bangsa ke depan......, tenaganya diperas sebagai tambang uang bagi para penjahat..., sangat sangat prihatin dengan para penegak hukum jika jaringa mafia penculikan anak tidak diberantas.....
BalasHapus