Sabtu, 09 November 2013

Dahlan Restui Bandara dan Pelabuhan Dibuka 100% ke Asing

Privatisasi Bandara dan Pelabuhan
Bandara dan Pelabuhan Udara adalah pintu masuk asing ke Indonesia dan juga pintu keluar Indonesia ke luar negeri. Jika dikuasai 100% oleh asing, artinya pintu rumah kita dikuasai oleh orang lain. Di situ harusnya ada Imigrasi dan juga Bea Cukai yang memeriksa apakah paspor / visa seseorang yang masuk ke Indonesia memenuhi syarat. Apakah barang yang masuk bukan barang terlarang atau belum membayar pajak. Apakah barang yang keluar bukan barang yang amat berharga dan penting bagi rakyat Indonesia.
Jika Bandara dan Pelabuhan Udara 100% dikuasai asing, bisa2 asing memasukkan bom nuklir sekalian tentara ke Indonesia. Minimal mata-mata.
Indonesia itu sudah mandiri mengelola Bandara dan Pelabuhan. Kalau kurang, pecat yang koruptor dan orang2 yang tidak mampu. Bukan justru dijual ke asing.
Buat apa ada Kementerian BUMN kalau begini. Kalau cuma bisa menjual ke asing, harusnya namanya Pengobral BUMN. Lama2 Indonesia cuma jadi bangsa kuli saja. Pihak Asing jadi majikan / ndoro kita.

Disadapnya telpon SBY dan para pejabat di Indonesia tak lepas dari dijualnya Telkom dan Indosat yang merupakan tulang punggung informasi dunia ke perusahaan2 asing yang jadi sekutu AS. Harusnya ini jadi pelajaran. Telkom dan Indosat menguasai satelit-satelit dan wilayah udara frekuensi di Indonesia. Segala percakapan telpon, HP, TV, transfer bank, internet (email, dsb) di Indonesia melalui Telkom dan Indosat. Dgn dikelolanya oleh asing, ya jelas saja bisa disadap. Demikian pula nanti jika Bandara dan Pelabuhan dikelola oleh asing. Kalau cuma ingin bagus, kenapa tidak sekalian saja jabatan Presiden, Menteri, dan DPR diserahkan ke AS, Inggris, atau Belanda?

Bangsa Indian di Amerika Serikat tetap merasa menderita dan terjajah meski bangsa Eropa yang menguasai AS berhasil memajukan AS sehingga bisa mendaratkan manusia di bulan, dsb. Harusnya ini juga jadi pelajaran.

Sekecil apa pun juga kalau itu Bandara / Pelabuhan Internasional, jelas berbahaya. Apa iya AS mau mengizinkan Rusia dan Cina membangun Bandara / Pelabuhan di AS? Apa iya Israel mengizinkan Iran mendirikan bandara dan pelabuhan di Israel? Demikian pula Iran atau Rusia tidak mungkin membiarkan AS membangun Bandara dan Pelabuhan di negaranya. Itu bunuh diri.

Dahlan Restui Bandara dan Pelabuhan Dibuka 100% ke Asing


Liputan6.com, Jakarta : Rencana pemerintah memperlonggar pengelolaan bandara dan pelabuhan kepada asing hingga 100% menuai reaksi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.
Alih-alih bukan menolak, Dahlan justru setuju saja jika pengelolaan bandara dan pelabuhan diberikan kepada investor asing.

Bisnis Pengelolaan Bandara Dibuka Untuk Asing, Dahlan: Itu Bagus!


Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, rencana membuka peluang bisnis pengelolaan bandara dan pelabuhan kepada pihak asing akan bagus. Karena akan menciptakan iklim kompetisi. Sehingga tiap perusahaan akan berlomba memberikan pelayanan bandara atau pelabuhan yang terbaik.
http://finance.detik.com/read/2013/11/07/125818/2406214/4/bisnis-pengelolaan-bandara-dibuka-untuk-asing-dahlan-itu-bagus
Dahlan Iskan: Asing Masuk Bandara dan Pelabuhan Tak Ganggu BUMN

SBY Sesalkan Kabar Aksi Penyadapan AS di Indonesia


Kabar adanya fasilitas penyadapan itu berasal dari bekas analis National Security Agency (NSA), Edward Snowden, yang kini mendapat suaka di Rusia. Menurut dia, AS menyadap telepon dan memonitor jaringan komunikasi melalui fasilitas pengawasan elektronik yang berada di kedutaan besar dan konsulatnya di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 
Operasi ini dilakukan oleh Special Collection Service, satuan tugas gabungan Central Intelligence Agency (CIA) dan NSA.
http://www.tribunnews.com/internasional/2013/11/01/sby-sesalkan-kabar-aksi-penyadapan-as-di-indonesia


Direktur NSA Akui Adanya Penyadapan



Alexander, Direktur NSA, menyatakan bahwa sambungan telepon pemimpin dunia yang disadap hanya dicatat tanggal, waktu, dan durasi. Menurut Alexander, konten percakapan telepon tersebut tidak diperlukan.
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/03/116526756

Tidak ada komentar:

Posting Komentar