Rabu, 08 Januari 2014

Transportasi Jakarta yang Memprihatinkan


Bahkan Ahok pun tidak mau naik Busway dari rumahnya di Pluit. Padahal ada jalur Busway di situ. Kalau naik Busway harus pindah-pindah dan perjalanannya jadi 45 menit. Padahal dengan mobil cuma 20 menit, kata Ahok. Akhirnya Ahok malah memilih naik taksi Alphard ketimbang Busway.
Ahok: “Saya naik mobil. Lebih cepat karena kalau naik bus harus pindah tiga kali. Lebih cepat naik mobil sendiri 20 menit sampai, naik Transjakarta pindah-pindah, sampai 45 menit” (Okezone.com).

Busway itu tidak fleksibel. Contohnya jika dengan Bis biasa misalnya 107 dan 921 (yang sekarang sudah dihapus) orang bisa naik bis hanya sekali dari Kampung Melayu ke Blok M, dengan Busway harus ganti kendaraan selama 3x. Misalnya naik Bis Kampung Melayu - Kampung Rambutan dan turun di UKI, kemudian naik Bis Pinangranti-Pluit. Lalu di halte Semanggi anda berjalan 700 meter selama 7 menit (jika anda kakek2, waktunya mungkin lebih lama) ke Halte Benhil setelah itu baru naik Bis Kota-Blok M. Lamanya lebih dari 90 menit. Bahkan bisa 150 menit mengingat di halte bisa menunggu sampai 60 menit baru bisa masuk Bis karena bis yang ada amat penuh. Padahal dengan bis biasa bisa kurang dari 60 menit.


Dengan kondisi seperti itu, harusnya pemerintah tidak menghapus Bis reguler yang ada. Harusnya Busway itu justru menambah jumlah angkutan yang ada. Sehingga kepadatan penumpang berkurang, dan para pengemudi mobil/motor tertarik untuk naik angkutan umum.

Akhir Desember 2003, jumlah Busway hanya 1.353 unit. Artinya hanya bisa mengangkut sekitar 1,3 juta penumpang. Padahal di Jakarta ada sekitar 7 juta penumpang. Belum dari daerah Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang. Nah 5,7 juta penumpang penumpang lainnya naik apa jika Bus Reguler dihilangkan?

Menurut Karl Fjellstrom dari Institute for Transportation and Development Policy atau ITDP jumlah bus transjakarta masih sangat kurang. "Jika ditambah dengan jumlah bus reguler (Kopaja, Metromini, Mayasari Bhakti, PPD) pun, jumlah bus di Jakarta hanya setengah dari yang ada di Guangzhou" Jadi keliru besar jika pemerintah DKI menghapus Bis-bis reguler yang ada sementara jumlah Busway masih jauh dari mencukupi. Padahal jumlah penduduk Guangzhou hanya 8,5 juta jiwa sementara Jakarta 10 juta jiwa dan jika ditambah dengan penduduk Jabodetabek bisa mencapai 23 juta lebih.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar