Ini adalah Pertemuan Prabowo di Makostrad dgn Rendra, Adnan Buyung, Bambang Widjojanto tanggal 14 Mei 1998 guna mengamankan Jakarta dari kerusuhan yang malah jadi alasan bagi para jenderal dari kubu LB Moerdani untuk memfitnah Prabowo.
Mas Hendrajit
Ada Apa Dengan Pertemuan Makostrad?
Penulis: Hanibal W Y Wijayanta, Wartawan Majalah Forum Keadilan.
Berikut ini adalah tulisan saya 13 tahun yang lalu, tentang pertemuan Makostrad yang kemudian dituding oleh berbagai aktifis HAM sebagai pertemuan yang merancang kerusuhan di Jakarta... Kebetulan saat itu saya ditemani Kang Riza Sofyat --kami masih di majalah Forum Keadilan saat itu -- termasuk yang datang ke tempat itu dan bertemu dengan para tokoh yang hadir... Dari situlah saya yakin bahwa tidak benar dalam pertemuan itu mereka merancang kerusuhan di Jakarta...
Ada Apa Dengan Pertemuan Makostrad?
Jalan Merdeka Timur, 14 Mei, selepas maghrib. Hanya satu dua mobil melintasi jalan di jantung ibu kota itu. Suasana lengang namun tegang. Maklum, api kerusuhan sejak sehari sebelumnya telah membakar sebagian wilayah Jakarta. Beberapa orang prajurit menyandang senapan M-16 tampak berseliweran antara ujung stasiun Gambir hingga ujung jalan menuju masjid Istiqlal.
Ketegangan pun membayangi Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Makostrad). Belasan panser tampak memenuhi halaman --yang tak seperti biasanya-- dalam keadaan gelap gulita itu. Di Markas Komando Staf Komandan Garnisun (Makoskogar) Ibukota keadaan pun serupa. Hening.
Sebuah panser tiba-tiba masuk ke halaman Makoskogar. Beberapa orang penumpang turun dan melangkah menuju Kostrad lewat jalan tembus penghubung Makoskogar dengan Makostrad. Beberapa waktu sebelumnya, dari pintu belakang Makostrad masuk pula beberapa mobil tipe station wagon dan sedan. Malam itu Makostrad memang kedatangan beberapa orang tamu.
Salah satu tamu malam itu adalah pengusaha Setiawan Djody. Sekembalinya dari Ujungpandang, Djody dihubungi penyair WS Rendra. Ia diminta untuk mengatur pertemuan dengan Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto. "Saya diminta Buyung Nasution," ujar Rendra. Saat itu Djodi langsung mengontak pengusaha Fahmi Idris. "Dari dia, saya dapat kabar bahwa habis maghrib bisa bertemu Prabowo." kata Djody.
Bersama Rendra, Djody berangkat ke Makostrad petang itu, sampai di sana pukul 18.00 WIB. Waktu itu Prabowo belum tiba. Ia bersama Pangdam dan beberapa perwira tinggi sedang keliling kota dengan beberapa panser. Namun Buyung sudah datang bersama Ketua YLBHI Bambang Widjojanto, pengacara Hotma Sitompul dan Ruhut Sitompul serta mantan ketua Walhi Zulkarnain.
Ada pula pengusaha Hashim Djojohadikusumo, anggota DPP Golkar Din Samsuddin, Fahmi Idris, pengusaha Maher Algadrie dan Farid Prawiranegara, Direktur Institut for Policy Studies (IPS) Fadli Zon, ketua MUI H Amidhan dan Mahyudin Nawawi, Ketua Pemuda Ansor Iqbal Assegaf dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Hajrianto Tohari. Adapula Staf Ahli Pangab Brigjen TNI Adityawarman Toha.
Hashim tiba di Makostrad pukul 17.30 WIB. "Saya sebagai adik kandung Pangkostrad ingin mencari tahu keadaan keamanan Ibukota yang sudah sangat mencekam," ujarnya. Para tokoh Islam juga beralasan ingin menanyakan sebab kerusuhan. Hashim pun sempat menanyakan tujuan kedatangan Buyung dan kawan-kawan. "Ya, mau ketemu kakakmu, Pangkostrad." ujar Buyung.
Sekitar pukul 19.00, Prabowo datang bersama Kaskostrad Mayjen TNI Kivlan Zein dan Danjen Kopassus Mayjen TNI Muchdi PR. Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin datang sebentar kemudian pergi lagi. Pertemuan dilakukan, namun Din, Iqbal, Hajriyanto, H Amidan dan Mahyuddin menunggu di luar. "Kami sempat kesal karena mereka datang kemudian tapi diterima lebih awal," ujar Din.
"Apa yang bisa saya bantu," ujar Prabowo membuka pertemuan. Lalu Buyung menanyakan beberapa masalah. Djody mengaku sempat khawatir Prabowo marah, karena Buyung bertanya dengan keras soal keterlibatan Prabowo dalam penembakan mahasiswa dan kerusuhan di Ibukota, tuntutan mundur Presiden Soeharto dan soal isu friksi Prabowo-Wiranto. "Tapi kekhawatiran saya tak terbukti," ujar Djodi.
Dengan tegas Prabowo membantah isu friksi itu. "Wiranto itu bos saya, masa saya menentang dia," ujarnya. Ia pun membantah isu keterlibatannya dalam penembakan mahasiswa Trisakti. "Saya berani bersumpah dengan Al Qur'an bahwa saya tak pernah memerintahkan penembakan itu," ujarnya. Sementara soal tuntutan agar Soeharto lengser, Prabowo tak membantah. "Kalau memang rakyat menghendaki, Pak Harto pasti tak akan mempertahankan kekuasaannya dengan kekuatan senjata," katanya.
Pertemuan berakhir sekitar pukul 20.30. Ketika itu ajudan Prabowo, Mayor M Fuad Basya mengatakan, "Rombongan ke dua..." Inilah yang didengar Fahmi Idris yang kemudian terungkap dalam testimoni TGPF. Saat itu Amidhan cs sempat masuk ke dalam ruangan, namun karena keterbatasan waktu Pangkostrad, mereka akhirnya hanya ngobrol sambil berjalan ke ruang makan bersama Buyung cs. Ketika Amidhan menanyakan siapa dalang kerusuhan, Prabowo hanya berkata, "Kiri."
Sesudah makan malam, para tamu pulang rombongan per rombongan, mulai dari Buyung, Djody, Rendra dan kawan-kawan, kemudian Fahmi Idris, lalu Amidhan dan Mahyuding, dan terakhir Din, Fadli, dan kawan-kawan dalam dua mobil panther. Iqbal tetap di Makostrad karena hendak mengantar Prabowo ke rumah Gus Dur. Sementara Prabowo, Kivlan dan Muchdi mengikuti brieffing Pangab di Makoskogar.
Brieffing berakhir lewat tengah malam. Lalu dengan mengendarai panser, Prabowo berangkat dari Makostrad ke rumah Gus Dur diantar Iqbal Assegaf.
Debu-debu pun berhamburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar