Senin, 10 Maret 2008

UMR dan Garis Kemiskinan: Kita Memang Beda – UMR Indonesia US$ 95/Bulan, AS US$ 982/Bulan

Meroketnya berbagai harga barang di Indonesia yang “mengikuti” harga Internasional sangat memprihatinkan. Karena ternyata UMR (Upah Minimum Regional) kita jauh di bawah UMR “Internasional” seperti di AS atau di Inggris. Bahkan standar garis kemiskinan kita pun sangat jauh berbeda.



Padahal harga barang paling tidak untuk beberapa produk tidak berbeda jauh. Misalnya di AS bensin US$ 3,2 per gallon atau Rp 8.000/liter, di Indonesia harga Pertamax Rp 7.800/liter.



Sementara garis kemiskinan di Indonesia hanya Rp 182.636 per kapita per bulan (US$ 0,58/hari) atau untuk keluarga dengan 2 orang anak sekitar US$ 850 per tahun. Di AS garis kemiskinan untuk keluarga dengan 2 orang anak adalah US$20.444.



Ada pun garis kemiskinan untuk 1 orang di AS US$ 10.830/orang/tahun.



http://en.wikipedia.org/wiki/Poverty_in_the_United_States

Dengan garis kemiskinan yang sangat rendah itu, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ada 37 juta. Tapi jika mengikuti garis kemiskinan mutlak versi Bank Dunia sebesar US$ 1 per hari, jumlahnya sekitar 63 juta lebih. Sedang jika memakai garis kemiskinan moderat Bank Dunia sebesar US$ 2 per hari jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 126 juta jiwa. Tak heran jika ada BLT atau bantuan orang miskin, orang yang menurut versi pemerintah tidak miskin ikut berebut karena menurut standar dunia dia termasuk miskin.



Di AS UMR besarnya US$ 5,85 per jam atau US$ 982 per bulan (Rp 9,2 juta). Di Inggris UMR besarnya GBP 5,52 per jam atau Rp 17 juta per bulan. Sementara UMR di Jakarta hanya sekitar Rp 900.560/bulan sementara di daerah seperti Yogyakarta cuma Rp 500 ribu/bulan.



Oleh karena itu Pemerintah harus menjaga kestabilan harga agar tetap terbeli oleh rakyat karena penghasilan rakyat Indonesia masih sangat rendah. Kenaikan harga minyak goreng yang mengikuti Harga Internasional hingga Rp 16.000/kg akhirnya mengakibatkan banyaknya pengusaha yang memakai minyak goreng seperti pedagang gorengan yang bangkrut dan menganggur.



Beberapa orang di Indonesia sudah mati kelaparan seperti keluarga Basse di Makassar, 5 Balita di NTT, dan sebagainya. Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari menyatakan 8% Balita di Indonesia (sekitar 1,5 juta anak) menderita busung lapar/kelaparan.



en.wikipedia.org/wiki/Poverty_line


Poverty Line



The poverty threshold, or poverty line, is the minimum level of income deemed necessary to achieve an adequate standard of living. In practice, like the definition of poverty, the official or common understanding of the poverty line is significantly higher in developed nations than in developing countries.



Almost all societies have some citizens living in poverty. The poverty threshold is useful as an economic tool with which to measure such people and consider socioeconomic reforms such as welfare and unemployment insurance to reduce poverty.



Determining the poverty line is usually done by finding the total cost of all the essential resources that an average human adult consumes in one year. This approach is needs-based in that an assessment is made of the minimum expenditure needed to maintain a tolerable life. This was the original basis of the poverty line in the United States, whose poverty threshold has since been raised due to inflation. In developing countries, the most expensive of these resources is typically the rent required to live in an apartment. Economists thus pay particular attention to the real estate market and housing prices because of their strong influence on the poverty threshold.



Individual factors are often used to account for various circumstances, such as whether one is a parent, elderly, a child, married, etc. The poverty threshold is adjusted each year. In 2006, in the United States of America, the poverty threshold for a single person under 65 was US$10,488; the threshold for a family group of four, including two children, was US$20,444. [1]



http://www.menegpp.go.id/menegpp.php?cat=detail&id=media&dat=667


Banyak Program, namun Kemiskinan Tetap Tinggi


30-10-2007


Namun, di luar dugaan angka kemiskinan justru turun 2,13 juta orang dari tahun lalu. Dengan perubahan garis kemiskinan dari Rp 151.997 per kapita per bulan menjadi Rp 166.697 per kapita per bulan. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi garis kemiskinan karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.



Kerentanan untuk jatuh miskin sangat tinggi di Indonesia. Bank Dunia menyebutkan, ada tiga ciri menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan yang setara dengan pendapatan perkapita US$ 1,55 per hari. Sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin, rentan terhadap kemiskinan.



Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan, tapi dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar. Serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.



Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.



Sedangkan dana yang dikucurkan untuk program kemiskinan, dinilai tidak menyentuh langsung ke permasalahan kemiskinan. Anggaran kemiskinan sebesar Rp 54 triliun di 2007 dan Rp 62 triliun di 2008, menurut Imam Sugema, dari nilai Rp 54 triliun itu yang langsung bersentuhan dengan kemiskinan hanya Rp 5 triliun.



Data BPS menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang atau bertambah 174 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2006 yang tercatat 106,39 juta.



Dari penambahan angkatan kerja itu, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja pada Februari tahun ini mencapai 97,58 juta orang. Dengan begitu, jumlah pengangguran di Indonesia masih mencapai 10,55 juta orang hingga Februari 2007.



Bagaimana pun juga, jika pemerintah masih belum mampu menggerakkan sektor riil, maka pengangguran masih akan membengkak karena angkatan kerja terus bermunculan dan jumlah penduduk yang belum bisa diatasi seperti terlihat pada data periode Maret 2006 populasi penduduk sebesar 221,328 juta orang menjadi 224,177 juta orang di 2007.




http://www.berr.gov.uk/employment/pay/national-minimum-wage/index.html


National Minimum Wage



The national minimum wage applies to nearly all workers and sets hourly rates below which pay must not be allowed to fall.



It is an important cornerstone of Government strategy aimed at providing employees with decent minimum standards and fairness in the workplace. It helps business by ensuring companies will be able to compete on the basis of quality of the goods and services they provide and not on low prices based predominantly on low rates of pay.



The rates set are based on the recommendations of the independent Low Pay Commission. The rates change on 1st October each year.


National Minimum Wage rates from 1 October 2007



* Workers aged 22 and over - £5.52 per hour


* Workers aged 18-21 - £4.60 per hour


* Workers aged 16-17 - £3.40 per hour


* Accomodation offset - £4.30 per day (£30.10 per week)



http://www.dol.gov/esa/whd/flsa


U.S. Department of Labor


Employment Standards Administration Wage and Hour Division


On May 25, President Bush signed a spending bill that, among other things, amended the FLSA to increase the federal minimum wage in three steps: to $5.85 per hour effective July 24, 2007; to $6.55 per hour effective July 24, 2008; and to $7.25 per hour effective July 24, 2009. A separate provision of the bill brings about phased increases to the minimum wage in the CNMI and American Samoa, with the goal of bringing the minimum wage in those locations up to the general federal minimum wage over a number of years.



http://www.bapeda.pemda-diy.go.id/detail.php?jenis=29&id=500&PHPSESSID=0045db860d5e423ff345e0abae645e8b


Gubernur Tetapkan UMR Propinsi DIY 2007 sebesar Rp. 500 Ribu



Tanggal: 2006-11-01 15:08:29


Kepatihan, Yogyakarta – Melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 150/Kep/2006, tertanggal 1 Nopember 2006, Gubernur menetapkan Upah Minimum Provinsi DIY Tahun 2007 menjadi Rp. 500.000,- per bulan. Besarnya Upah Minimum Provinsi DIY Tahuhn 2007 ini mengalami peningkatan sebesar Rp. 40.000,-, dibanding Tahun 2006 yang besarnya Rp. 460.000,-



http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2006/11/15/brk,20061115-87781,id.html


Buruh Tolak Upah Minimum Jakarta 2007



Rabu, 15 November 2006 | 18:00 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta:Aliansi Buruh Menggugat (ABM) berunjuk rasa menolak penetapan upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta 2007 sebesar Rp 900.560 per bulan, di Balai Kota, Jakarta, Rabu (15/11). Ratusan buruh itu menilai bahwa UMP baru tersebut tidak layak.




Busung Lapar Ditetapkan Sebagai KLB



Sabtu, 28 Mei 2005


YOGYAKARTA --Sekitar 8 persen anak balita di Tanah Air, sebenarnya menderita penyakit ini. Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari SpJP (K), menyatakan bahwa penyakit busung lapar yang menimpa anak balita di Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini, sebagai peristiwa Kondisi Luar Biasa (KLB) Nasional. Untuk mengatasi penyakit tersebut, pemerintah pusat meminta pemerintah daerah setempat untuk mengatasi lebih dulu. ''Tapi karena sudah menjadi kondisi luar biasa, pemerintah juga akan membantu mengatasi penyakit itu,'' kata Menkes kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (27/5).



Poverty


The World Bank defines extreme poverty as living on less than US$ (PPP) 1 per day, and moderate poverty as less than $2 a day, estimating that "in 2001, 1.1 billion people had consumption levels below $1 a day and 2.7 billion lived on less than $2 a day." [10] The proportion of the developing world's population living in extreme economic poverty fell from 28 percent in 1990 to 21 percent in 2001.[11] Looking at the period 1981-2001, the percentage of the world's population living on less than $1 per day has halved.


http://en.wikipedia.org/wiki/Poverty



Alami Gizi Buruk, 5 Juta Anak Indonesia Terancam Kehilangan Daya Saing



Jum'at, 28 April 2006 07:30 WIB


JAKARTA--MIOL: Dalam 15 tahun mendatang sebanyak lima juta anak Indonesia terancam kehilangan daya saingnya bila kasus gizi buruk di Tanah Air tidak segera ditanggulangi.


Data dari Departemen Kesehatan menyebutkan pada 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3 persen kabupaten dan 56 persen kota di Indonesia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada 2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5 persen) kurang gizi dimana 3,5 juta (19,2 persen) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3 persen) sisanya mengalami gizi buruk.



Sementara menurut pengelompokkan prevalensi gizi kurang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47 persen) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk.


http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/giziburuk280406.htm


Garis Kemiskinan @ Maret 2008=p 166.697 per kapita per bulan





4 komentar:

  1. wah kalo gitu kita rame-rame aja hijrah ke amerika, inggris dan negara-negara dengan UMR tinggi.
    ngapain tetep betah tinggal dan kerja di negara denan UMR kecil dan miskin terus ya ?
    *rumput tetangga memang selalu lebih ciamik*

    BalasHapus
  2. Sebetulnya kalau tulisan di atas dibaca dengan cermat intinya tidak begitu.
    Saya hanya mengingatkan bahwa UMR dan garis kemiskinan di negara kita sangat rendah. Bahkan cenderung tidak masuk akal. Sebagai contoh dengan angka Rp 166.697 per kapita per bulan atau Rp 5.500 per hari apa cukup? Dengan angka ini berarti yang pendapatannya Rp 6.000 / hari dinyatakan tidak miskin. Padahal ongkos makan saja kan sehari lebih besar dari itu.

    Kita tidak bisa mengharapkan pemerintah menaikan UMR hingga sama seperti di AS atau Inggris. Sebaliknya pemerintah juga harus sadar untuk mengendalikan harga sehingga harga2 barang kebutuhan rakyat tetap terjangkau oleh rakyat kita yang penghasilannya memang jauh lebih rendah. Tidak meroket terus-menerus tanpa terkontrol seperti sekarang.

    Bukankah berbagai kenaikan harga barang sering dijustifikasi oleh pemerintah dengan istilah harga barang di sini jauh lebih murah dari di luar negeri sehingga untuk minyak mengikuti harga pasar di Singapura/AS. Begitu pula harga minyak goreng yang naik mengikuti harga Internasional. Pandangan seperti ini sangat berbahaya karena penghasilan kita beda dengan mereka.

    Jutaan penduduk Indonesia kini sudah mengembara jadi TKI/TKW di Malaysia, Singapura, Timur Tengah, dsb meski mereka menghadapi resiko kekerasan. Di dalam negeri ada yang mati kelaparan, ada yang bunuh diri, ada pula yang melakukan kejahatan untuk bertahan hidup sehingga angka kejahatan meningkat.

    Jadi fakta-fakta seperti ini sengaja saya ungkap agar kita bisa mengidentifikasi masalah yang ada. Ini langkah awal. Ada pun solusinya meski tidak dijamin 100% benar tapi saya mencoba memberikannya. Jadi ada juga solusi yang diberikan di sini.

    Alhamdulillah ada juga yang bisa memahaminya dengan baik seperti di bawah:
    http://rimafauzi.blogspot.com/2008/03/death-by-hunger-in-indonesia-how-to-end.html
    Then I came across this brilliant article. It might not solve all problems in Indonesia and bring peace and prosperity to the world, but it is a well intentioned article. It was written in the same tenor as those who hope for a better Indonesia. This article reminds me (hopefully all of us)of the fact that once upon a time we did it, we prospered, thus to achieve it again would not be something so far off.

    ===
    http://dinautami.com/?p=30
    I live in a country that has an extremely wide gap between the poor and the rich. The rich in my country, like Aburizal Bakrie, can have billions of money while the poor can only earn Rp 5.000-10.000/day, like the Basse and many more, who died of hunger recently

    BalasHapus
  3. [...] http://infoindonesia.wordpress.com/2008/03/11/umr-dan-garis-kemiskinan-kita-memang-beda-%E2%80%93-um... [...]

    BalasHapus
  4. Setuju dengan komentar ini:
    I live in a country that has an extremely wide gap between the poor and the rich. The rich in my country, like Aburizal Bakrie, can have billions of money while the poor can only earn Rp 5.000-10.000/day, like the Basse and many more, who died of hunger recently

    bagimana kita bisa membuat gap itu terlalu jauh?
    *bahasa lain dari bagaimana abu rizal bakrie mau bertanggung jawab terhadap perbuatannya*
    hihihi

    BalasHapus