Rabu, 21 Mei 2008

Berapa Biaya Produksi Bensin di Indonesia?

Berapa biaya produksi bensin dari memompa dari perut bumi hingga sampai di SPBU/Pom Bensin?



Berikut rincian produksi minyak menjadi bensin dari Statistik Energi Resmi Pemerintah AS



Pada tanggal 12 Mei 2008 biaya Distribusi, Marketing, dan keuntungan US$ 2,52/barrel untuk Branded dan US$ 1,26/barrel untuk NonBranded.


Ada pun Ongkos Pengilangan dan Keuntungan US$ 9,57/barrel untuk Branded dan US$ 10,94/barrel untuk Unbranded. Total biaya pengilangan dan distribusi terendah jadi US$ 10,94/barrel. Ini di AS yang tarif Marketing dan gaji pegawainya puluhan kali lipat dari di Indonesia. Menurut saya di Indonesia harusnya tidak lebih dari US$ 7/barrel.


Untuk Crude oil cost mereka memakai harga NYMEX (Pasar Komoditas New York) saat itu US$ 124,5/barrel



Setelah itu biaya memompa minyak dari dalam bumi menurut BP Migas US$ 1/barrel. Secara kasar jika kita asumsikan biayanya US$ 1-3/barrel maka dengan memakai biaya kilang dan distribusi AS saja biayanya paling mahal US$ 13,4/barrel.



Kwik Kian Gie menghitung biayanya US$ 10/barrel sementara Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy antara US$ 2-12/barrel.



Di AS harga Bensin tanpa pajak per tanggal 12 Mei 2008 Rp 7.960/liter. Ditambah pajak sekitar 16,5% (Rp 1.582/liter) harganya menjadi Rp 9.541/liter.



Dari data lembaga yang sama, pada tahun 2006 konsumsi minyak Indonesia 1,2 juta bph dan produksi 1,1 juta bph. Sehingga sisanya (0,1 juta bph) harus impor. Agar biaya impor lebih murah, akan lebih baik jika Indonesia beli langsung ke negara-negara Timur Tengah ketimbang harus beli dari AS atau Singapura.



Jika ada yang punya link rincian biaya produksi bensin di Indonesia silahkan beri linknya. Kalau bisa situs pemerintah atau media massa yang credible.



Referensi:


http://www.energy.ca.gov/gasoline/margins/index.html


WWW.ENERGY.CA.GOV / GASOLINE / MARGINS


Estimated 2008 Gasoline Price Breakdown & Margins Details



Gasoline Price Breakdown - This page details the estimated gross margins for both refiners and distributors. The term "margin" includes both costs and profits. The margin data is based on the statewide average retail and wholesale price of gasoline for a single day of the week. It is not a seven-day average. The margin provided here is an indicator for the California market as a whole and not for any particular refiner or retailer of gasoline.

















































































































































































































































May and June 2008





























Branded













No.



Item



5/12/2008 per gallon



cost/barrel



Rp/liter



Tax



Cost & Profit



1



Distribution Costs, Marketing Costs and Profits



$0.06



$2.52



Rp 146





$12.20



2



Crude Oil Cost



$2.96



$124.51



Rp 7,204







3



Refinery Cost and Profits



$0.23



$9.67



Rp 560







4



State Underground



$0.01



10



Rp 560







5



Storage Tank Fee



Rp 0



6



State and Local Sales Tax



$0.29



$12.20



Rp 706



Rp 706





7



State Excise Tax



$0.18



$7.57



Rp 438



Rp 438





8



Federal Excise Tax



$0.18



$7.57



Rp 438



Rp 438





9



Retail prices



$3.92



$164.89



Rp 9,541



Rp 1,582











Unbranded













No.





12-May-2008



cost/barrel



Rp/liter



Tax



Cost & Profit



1



Distribution Costs, Marketing Costs and Profits



$0.03



$1.26



Rp 73





$12.20



2



Crude Oil Cost



$2.96



$124.51



Rp 7,204







3



Refinery Cost and Profits



$0.26



$10.94



Rp 633







4



State Underground



$0.01



$0.42



Rp 24







5



Storage Tank Fee



$0.00



Rp 0



6



State and Local Sales Tax



$0.29



$12.20



Rp 706



Rp 706





7



State Excise Tax



$0.18



$7.57



Rp 438



Rp 438





8



Federal Excise Tax



$0.18



$7.57



Rp 438



Rp 438





9



Retail prices



$3.92



$164.89



Rp 9,541



Rp 1,582





















Lowest Cost





$10.94











http://www.mail-archive.com/ekonomi-nasional@yahoogroups.com/msg06637.html


BP Migas: Biaya Produksi Minyak US$ 1/barrel


Kompas, Rabu, 24 Januari 2007


Cost Recovery Digelembungkan


Didi mengatakan praktek penggelembungan cost recovery tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya biaya produksi minyak di Indonesia. “Biaya produksi minyak Indonesia per barrel mencapai 9 dollar AS per barrel. Bandingkan dengan di Malaysia yang hanya sekitar 3,7 dollar AS per barrel, atau di North Sea yang paling sulit pun juga hanya sekitar 3 dollar AS per barrel,” papar Didi.



Padahal, apabila biaya produksi minyak bisa diturunkan 1 dollar AS per barrel, sektor migas bisa menghemat 2,5 miliar dollar AS per tahun. Diakui Didi, pihaknya hanya bisa menyampaikan temuan ke BP Migas. Meskipun begitu, ia menjanjikan akan merekomendasikan proses ke pengadilan jika terbukti ada penggelembungan. Sementara Kepala BP Migas Kardaya Warnika menilai perbandingan cost recovery yang dilakukan BPKP tidak sebanding. “Kalau mau membandingkan, harus apple to apple, produksi dengan produksi,” kata Kardaya.



Menurutnya, biaya produksi minyak di Indonesia justru lebih murah. Biaya produksi di lapangan Chevron Pacific Indonesia hanya sekitar 1 dollar AS per barrel. (DOT)


Asumsi:


1USD=RP 9.200


1 Barrel = 159 liter


1 Gallon = 2,785 liter


1 Barrel = 42 gallon


9 komentar:

  1. wah mas, masih pake asumsi kebutuhan impor hanya 0,1 juta bph ya?
    dari produksi 1,1 juta bph, berapa yang bisa diolah menjadi bensin?
    sepertinya ini sudah ditanyakan di postingan lain, tapi belum dijawab :)

    ~pengen tahu data sebenarnya juga
    ~thx

    BalasHapus
  2. 1. http://quallesqy.blogspot.com/2008/05/bbm-naik-lagi.html
    2. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/14/ekonomi/312498.htm
    3. http://www.korantempo.com/news/2003/5/14/Ekonomi%20dan%20Bisnis/19.html
    4. http://www.antara.co.id/arc/2008/5/4/kenaikan-harga-bbm-akan-menambah-pengangguran-jadi-60-juta/
    5. http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/15/Utama/ut01.htm

    Kalau dilihat dari artikel2 diatas, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM ini diakibatkan liberalisasi ekonomi di bidang MIGAS, yang khusus MIGAS sudah direncanakan pemerintah sejak tahun 2001! dengan Undang-undang Minyak dan Gas Nomor 22 tahun 2001. UU ini kemudian di perkuat dengan dibentuknya Badan Pengatur Minyak Bumi dan Gas tahun 2003!.

    Pada artikel (2) jelas-jelas disebutkan tujuan dari Liberalisasi MIGAS ini dan apa dampaknya terhadap masyarakat. Berikut cuplikan langsung dari artikel tersebut:

    Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas. Bisnis itu selama ini dikuasai oleh Pertamina.

    Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga bahan bakar minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.

    Pencabutan subsidi ini seharusnya sudah selesai pada tahun 2004 yang lalu, baca artikel (1).

    Lebih lanjut di majalah Trust, edisi 11/2004 (saya tidak dapat link ataupun versi onlinenya, jadi saya cuplik langsung dari beberapa website diatas) Dirjen Migas Dept. ESDM, Iin Arifin Takhyan, mengatakan sudah terdapat 105 perusahaan yang sudah mendapat izin untuk bermain di sektor hilir migas, termasuk membuka stasiun pengisian BBM untuk umum (SPBU). Ini di tahun 2004 loh!.

    Jadi, apa yang terjadi saat ini adalah apa yang dilakukan pemerintah di masa lalu yang pemerintahan sekarang tidak memiliki keberanian melakukan perubahan.

    Ingat! ini baru dari MIGAS, akan ada lagi liberalisasi lainnya, diantaranya yang sudah terjadi adalah liberalisasi perbankan (privatisasi bank-bank pemerintah), telekomunikasi (privatisasi Indosat), jalan TOL (beneran, coba aja perhatikan, sebentar lagi pasti ada jalan TOL milik asing), dan Air (baca : http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/12/0034253/mimpi.berharap.air.bersih.siap.minum).

    Kita lihat UUD'45 yang kita bangga-banggakan:
    BAB XIV
    Kesejahteraan Sosial
    Pasal 33
    (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
    (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
    (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

    BalasHapus
  3. keduax :)


    Http://hmc.web.id (belajar inggris lewat nasyid)

    BalasHapus
  4. Mas Adityo, periksa saja tabel rincian dari California Energy Commission milik Pemerintah AS. Saya yakin mereka membuat perhitungan biaya bensin tidak asal-asalan. Tapi berdasarkan data dari ahli perminyakan, ekonomi, dsb.

    http://www.energy.ca.gov/gasoline/margins/index.html

    Kalau pun dari 1 gallon minyak hanya 30-70% jadi bensin, tapi sisanya seperti rekan kita bilang bisa jadi LPG, wax, Asphal, oli, dsb yang juga punya nilai jual (mis: LPG 12 kg=rp 54 ribu atau Rp 4.500/kg).

    BalasHapus
  5. Biaya eksplorasi sudah dipertimbangkan belum, mas? ;)

    BalasHapus
  6. iya nih mas, masa kekurangannya 0,1 bph yg di impor??? Mgkn slh satuan?? 0,1 mph ada ga ya?? hehe

    BalasHapus
  7. Mas Hariadhi bisa mencari berapa range biaya eksplorasi? Kalau ada dengan referensi yang credible akan saya muat.

    Tahun 2008 menurut LMND biaya cost recovery Rp 74 trilyun belum bagi hasil 15%. Apakah itu wajar mengingat produksi kita sekitar 1 juta bph dan cenderung turun dari tahun ke tahun?

    BalasHapus
  8. 0,1 juta bph itu data dari US Energy Information Administration (EIA).
    BPH=barrel per hari

    Singkatan tsb biasa dipakai di Indonesia. Contoh dari situs BPHMigas:
    Berita
    PRODUKSI MINYAK 2009 DITARGETKAN 1,3 JUTA BPH ... Diharapkan sampai dengan tahun 2009 mendatang produksi minyak bisa mencapai 1,3 juta barel per hari (bph). ...
    www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/modules/news/news_0213.html?uri=/bphmigaspages/berita.html

    BalasHapus
  9. Biaya eksplorasi? Ai dunno, saya bukan ahli perminyakan atau geologi/geofisika. Bukan saya juga yang mengajukan wacananya. Saya lebih senang motret dan nanya ke masyarakat di bawah.

    Dan yang kedua setahu saya minyak di Indonesia ga diangkat dengan cara biasa dan karakter minyaknya beda. Coba tanya lagi ke chevron gimana mereka mengelola sumur minyak mereka yang udah tua (udah lebih dari 50 tahun lho). Apa itu masih fair untuk dibandingkan dengan data standar di Amerika?

    Sekali lagi saya cuma bisa nanya, hehehe.

    BalasHapus