10 Pria melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita di KRL Jabotabek tanpa ada yang menghalangi. Jawaban PT KAI sederhana sekali:
PT KAI Minta Perempuan Tidak Takut Teriak Hadapi Pelecehan Seksual.
Lantas di mana petugas Keamanan Kereta Api?
Di mana Polisi?
Kok bisa kejadian tersebut terjadi tanpa ada petugas KA yang mengetahui?
Setiap rangkaian KA Jabotabek terdiri dari 6 gerbong di mana setiap gerbong yang padat bisa membuat 200 penumpang. Artinya ada 1.200 penumpang. Harusnya PT KA minimal menyediakan 10 petugas keamanan yang berjaga di setiap gerbong. Kalau petugas ini tidak bisa melihat pelecehan seksual, jelas dia pasti merem.
Padatnya penumpang harusnya diantisipasi PT KA dengan menambah gerbong dan rangkaian kereta. Jika rangkaian yang semula 6 gerbong, bisa ditambah jadi 8 gerbong. Jika tidak memungkinkan, tambahlah rangkaian keretanya sehingga jika setiap 20 menit baru ada kereta, bisa jadi setiap 5 menit ada kereta.
Taruh CCTV disetiap gerbong yang bisa dimonitor oleh petugas keamanan.
Selain itu, buat minimal 1 gerbong khusus wanita disetiap rangkaian KA. Cat warnanya dengan Pink/Merah Muda atau warna tersendiri untuk menandakan itu gerbong khusus untuk wanita.
Terhadap pelaku pelecehan seksual, harusnya dikenakan hukuman mati agar jera.
Selasa, 26/04/2011 14:51 WIB
Kisah Tragis Pelecehan Seksual di KRL Ekonomi
Ken Yunita - detikNews
Foto: Penumpang KRL
Jakarta - Pelecehan seksual adalah ancaman serius bagi pengguna jasa transportasi umum di Jakarta yang dikenal tidak nyaman dan tidak aman. Peristiwa tak mengenakkan itu tak luput juga terjadi di KRL Ekonomi.
Seperti yang terjadi pada S, seorang karyawati di kawasan Sudirman, Jakarta, ini. Pelecehan seksual oleh gerombolan pria ini diceritakan oleh rekan S, Dina Nirmala, kepada detikcom, Selasa (26/4/2011).
Setelah peristiwa itu, S yang berjilbab, langsung shock dan terus menerus menangis. Berikut cerita lengkap Dina yang juga diposting di milis KRL-Mania:
Pagi ini saat datang ke kantor, saya agak terkejut melihat salah satu rekan kerja hanya tertunduk menangis dan badannya gemetar. Setelah ditanya, dengan susah payah rekan saya ini menuturkan pengalaman pahit yang menimpanya.
Pagi ini rekan saya, naik KRL ekonomi jurusan Tanah Abang, jam 8.00 WIB dari Stasiun Universitas Pancasila. Kondisi kereta sangat padat. Mencari posisi nyaman dan aman sangatlah sulit. Terutama ketika ada dorongan orang-orang yang masuk di stasiun berikutnya.
Di dalam kereta, dia tidak mencurigai apapun saat melihat sekitar 10 orang pria bergerombol. Menurutnya usia mereka ditengarai 30-an tahun ke atas. "Tampang mereka baik-baik semua, itu kenapa saya tidak curiga apa-apa," kata rekan saya yang berjilbab ini.
Desakan penumpang dari Stasiun Lenteng Agung, memaksanya masuk lebih jauh ke dalam gerbong. Jadilah ia dikelilingi gerombolan pria tersebut. Dan hal tak terduga terjadi ketika pria yang berada di belakangnya mulai menurunkan tangan.
Ternyata pria itu sedang membuka celana panjang, mengeluarkan alat vital, dan mulai mengesek di bagian belakang rekan saya. Teman-teman pria itu seperti menutupi keadaan yang ada. Yang lebih miris, ketika rekan saya ini berteriak minta tolong, tidak ada yang bisa membantu karena kondisi kereta sangat padat.
Satu ketika saat rekan berteriak, "Pak tolong, saya mohon jangan dorong, kereta sudah padet dan saya terjepit". Gerombolan pria tersebut malah tertawa. Seperti kegirangan dan makin jadi menggesek bagian belakang rekan kerja saya. Pria itu sedikit mendesah dan mengeluarkan kata-kotor kotor di kuping rekan kerja saya.
Setelah bersusah payah teriak dan merangsek menuju pintu, rekan saya turun di Stasiun Pasar Minggu lalu naik ojek ke kantor. Sambil bercerita, ia tak henti mengeluarkan air mata dan badannya terguncang karena shock dan trauma. Saya sangat prihatin dengan kondisi yg terjadi atas dirinya pagi ini.
Saya rasa masih banyak kasus-kasus seperti ini tapi korban tidak berani mengadu. Lalu kemana jika harus mengadu? KCJ (PT Kereta Api Commuter Jabodetabek)? Akankah ada tindakan nyata dari pihak KCJ?
Mungkin bisa dengan mudah bicara untuk menyalahkan korban dengan mengatakan, 'Harusnya korban bisa membela diri', 'Harusnya korban bisa begini dan begitu,' atau yang lebih ekstrim lagi, 'Ya harusnya jangan naik kereta ekonomi kalau mau nyaman.'
KRL Ekonomi ataupun KRL Ekspress, berapapun harga tiket nya, kita sebagai penumpang yang sudah membayar berhak mendapatkan pelayanan yang layak. Dan itu harga mati!
Pagi ini saya berkabung untuk sekian kalinya terhadap pelayanan kereta yang buruk. Sudah berulang kali dikatakan buruk, tetapi seperti bangga akan keburukannya dengan selalu aktif menambah banyaknya masalah. Gangguan Wesel, persinyalan, dan kereta mogok di sana-sini. Kejadian pagi ini hendaknya menjadi pelajaran berharga buat semua orang.
(ken/nrl)
Selasa, 26/04/2011 17:06 WIB
Anggota DPR: Jika Serius, PT KAI Mudah Tangkap Pelaku Pelecehan Seksual
Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Peristiwa pelecehan seksual di dalam gerbong KRL Jabodetabek yang hari ini kembali menimpa penumpang perempuan tak bisa dibiarkan. PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) maupun anak perusahannya, PT Kereta Api Commuter Jabodetabek harus mengusut tuntas kasus ini dan tidak membiarkan hal itu terus terjadi.
“Tangkap pelaku pelecehan. Jika PT KAI serius mudah saja menangkap pelakunya. Jangan dibiarkan pelecehan seksual di kereta terus terjadi," tegas anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia, dalam pernyataan tertulis kepada detikcom, Selasa (26/4/2011).
Yudi mengaku geram karena ia sering mendengar adanya pelecehan seksual di kereta, tetapi pihak PT KAI sepertinya tidak ada upaya menangkap pelakunya. Menurut Yudi, kasus ini berulangkali terjadi karena tidak pernah ada tindakan apapun terhadap pelaku sehingga mereka leluasa menjalankan aksinya.
Anggota Badan Anggaran DPR itu mengancam akan mengevaluasi dana subsidi yang diberikan dari APBN, jika PT KAI tidak mampu memberi perlindungan kepada konsumennya.
"Saya minta PT KAI memberlakukan gerbong khusus perempuan untuk KRL ekonomi seperti halnya pada KRL Ekspress dan KRL Ekonomi AC. Seharusnya ada perlindungan dong, terhadap penumpang wanita dari ancaman pelecehan seksual," terangnya kesal.
Persoalan kejahatan di kereta , lanjut Yudi, sebenarnya bukan hanya menyangkut pelecehan seksual semata. Misalnya, pencopetan dan pejambretan juga banyak terjadi.
Sebelumnya diberitakan, S, seorang karyawati di kawasan Sudirman mengalami pelecehan seksual saat menaiki KRL Ekonomi jurusan Tanah Abang. S yang dikerumuni gerombolan laki-laki tak mampu berbuat banyak saat seorang laki-laki dari gerombolan tersebut mengeluarkan alat kelamin dan menggesek-gesekkannya di bagian belakang badan S.
S akhirnya baru 'terbebas' di Stasiun Pasar Minggu dan langsung naik ojek ke kantor. S sangat shock dan terus menangis karena pengalaman pahit yang baru saja dialaminya itu.
(nrl/vta)
http://www.detiknews.com/read/2011/04/26/170658/1626105/10/anggota-dpr-jika-serius-pt-kai-mudah-tangkap-pelaku-pelecehan-seksual?nd992203605
PT KAI Minta Perempuan Tidak Takut Teriak Hadapi Pelecehan Seksual
http://www.detiknews.com/read/2011/04/26/154836/1625996/10/pt-kai-minta-perempuan-tidak-takut-teriak-hadapi-pelecehan-seksual?nd992203605
iya kadang bingung juga,, apa susahnya sih teriak??? kalo dompet yang dipaling sih teriaknya nauzubilah.. tapi, kalo harga diri yang dipaling ??? kok malah mesem2.... teriaklah ,,, biar digebukin rame2 tuh, sekalian di lempar keluar gerbong tu pervert!
BalasHapus-----
o-ya- om.. bisa tukeran link di blogrollnya? :D
hapus aja yang ini mah...
@tqar: jangan bingung. Bayangkan jika ada 10 pria apalagi mengancam ada dgn pisau. Apa berani anda berteriak? Kemudian jika pun berteriak kemudian ditusuk, apa ada penumpang lain yg berani membantu?
BalasHapusSaya pribadi pernah tas diacak2 copet. Penumpang lain yg melihat diam saja. Saat saya sadar dan melihat tas terbuka, baru penumpang yg melihat berani bicara bahwa ada copet yg merogoh2 tas saya setelah copet pergi.
Terus terang aneh jika gerbong padat di mana minimal ada 100 penumpang di situ yang sama sekali tidak melihat adanya pelecehan seksual.
Apalagi di situ diceritakan bahwa perempuan tsb sempat berteriak. Apa tidak ada yang dengar:
"Satu ketika saat rekan berteriak, “Pak tolong, saya mohon jangan dorong, kereta sudah padet dan saya terjepit”. Gerombolan pria tersebut malah tertawa."
Harusnya PT KA minimal menempatkan 1 petugas keamanan di tiap gerbong. Polisi pun sudah tahu KRL banyak copet kok tidak kelihatan batang hidungnya di situ? Apa polisi kerjanya cuma tidur?
@A Nizami, kalo itu namanya perampokan bukan pelecehan, lagi kalo pelecehan dibarengi ancaman pisau itu sudah keterlaluan!
BalasHapusmelihat kasus rekannya yang berteriak. itu lah kebodohan sebagai seorang wanita yang berkoar-koar emansipasi - kenapa? karena seharusnya wanita ga boleh pergi sendirian harus ada yang melindungi, minimal teman, sahabat, atau suami! ya, sesuai anjuran orang tua dulu,, :)
lagi kemana anda disitu?
Ya. sebaik nya ada petugas dari polisi di tiap gerbongnya.. coba cek film "The Taking of Felham 123" jelas tuh di tiap gerbong penumpang ada petugas dari KEPOLISIAN. bukan petugas PT KA semacamnya. :D
tqar: lagi kemana anda disitu?
BalasHapusJawab:
Sama seperti anda. Jika tidak di rumah ya di kantor.
Kita kan bukan body guard wanita tsb.
Harusnya memang PT KA dan Polisi bertanggung-jawab atas keamanan negeri ini. Jangan makan gaji buta dan menunggu laporan. Itulah gunanya patroli. Mencegah dan mendeteksi adanya kejahatan.
tolong lebih dipertingkatkan saja keamanannya, walau ekonomi tapi setiap warga apalagi wanita berhak mendapat perlindungan dr keamanan negerinya. jng hanya bicara, para wanita pengguna kereta yg merasa, dan sampai saat ini msh banyak hal itu terjadi dan belum ada juga pihak keamanan di setiap gerbong kereta
BalasHapus